Assalaamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh...

Saturday, August 26, 2006

Ini Gue, Ini Hidup Gue. So, Terserah Gue Mau Ngapain!

Wuih, kayaknya enak banget ya kalo hidup kita bisa kayak gitu? Rasanya merdeka banget gitu loh, mau ngelakuin apa aja terserah kita. Ga ada yang berhak komentar apalagi protes. Enak banget, kan?

Tapi bisa ga sech sebenernya kita hidup kayak gitu? Bisa ga ya kita sesumbar “Tidak menerima komentar, apalagi protes!” dalam segala hal? Pokoknya hidup semau gue, dech! Yuk, kita lihat dari 2 aspek yang berbeda (meski pun sebenernya keduanya nyambung juga kalo disambungin); yakni aspek social dan aspek agama (kayaknya di sini penulis cuma bisa membahas dalam sudut pandang Islam coz penulisnya kan Muslimah).

Social Aspect

Bwat loe yang rada – rada sekuler alias ga mau nyampurin urusan kehidupan duniawi (termasuk di dalamnya urusan politik, ekonomi, pendidikan, juga social kemasyarakatan), yuk kita lihat dari aspek social! Satu pertanyaan buat loe, kira – kira loe sebel ga kalo ketemu orang yang punya pandangan “Ini gue, ini hidup gue. So, terserah gue mau ngapain!” and ga pernah mempedulikan orang – orang di sekitarnya?


Pastinya kita bakal nanya ke orang itu (meskipun ga berani nanya langsung, tapi minimalnya nanya dalam hati, lah…), “Emang, siapa sech loe? Emang loe hidup di mana? Di Mars yang ga ada penghuninya?”. Coba kita kupas pertanyaan – pertanyaan itu satu per satu.
Emang siapa sech loe? Yup, bener banget kalo pertanyaan ini kita ajukan ke orang – orang berpandangan kayak gitu. Emangnya loe bisa hidup di dunia ini karena loe sendiri? Tanpa bantuan dan perantara orang lain sehingga loe merasa pantas untuk mengabaikan kehadiran mereka di sekeliling loe? Ingat bro, sist! Loe bisa lahir di dunia ini aja karena melalui bantuan banyak pihak. Proses kelahiran loe ke dunia ini aja melibatkan banyak orang. Pertama loe ga bakal bisa menhirup udara di dunia ini kalo ga ada Bokap sama Nyokap loe. Kedua, kayaknya kelahiran loe juga dibantu sama Bu Bidan or Pak / Bu Dokter, dech! Lalu, setelah itu Kakek - Nenek Loe (kalo masih hidup), kakak loe (kalo punya kakak), bahkan tetangga (bagi yang hidup di kampung dengan rasa persaudaraan tinggi kayak di kampung penulis) loe juga bakalan repot ngurusin loe yang belum bisa ngapa – ngapain. Tuch kan, untuk bisa “sekadar” nongol di dunia ini aja loe membutuhkan bantuan banyak orang. Belum lagi selama masa pertumbuhan hingga saat ini. Coba dech lihat makanan yang loe makan tiap hari! Emangnya loe masak sendiri? Nyembelih hewan sendiri or menanam kedelai / sayuran / buah sendiri? Coba hitung berapa persen yang bisa loe lakuin sendiri?! Terus perhatikan juga pakaian yang loe pakai! Emang loe njahit sendiri? Nenun sendiri? Enggak, kan? Siapa yang melakukan itu semua? Orang lain, bro, sist! Lalu…, pantaskah jika kita bersikap seolah “I am the King!” yang ga butuh siapa – siapa, yang merasa ga perlu mendengarkan komentar atau protes orang lain padahal begitu banyak jasa mereka pada kita?

Emang loe hidup di mana? Di Mars yang ga ada penghuninya? Ini juga cocok diajukan ke mereka yang berpandangan seperti judul tulisan ini. Sebenernya penulis juga heran sama mereka itu, emangnya mereka ga merasa terganggu kalo ada orang bertindak seenaknya sendiri tanpa aturan di depan mereka? Coba dech tanyakan ke mereka, “emang loe ga merasa tergannggu kalo ada orang berbuat seenaknya tanpa mempedulikan loe?” Begitu pun orang – orang di sekitar loe bakal ngerasa amat terganggu ketika loe bertindak semau loe. Ingat! Ketika kita merasa bahwa kita memiliki kebebasan dan hak yang ga boleh diganggu orang lain, berarti di saat yang sama ada begitu banyak orang yang juga memiliki kebebasan dan hak yang sama dengan kita, ga boleh diganggu oleh orang lain. Jadi, kita juga tidak boleh mengganggu kebebasan atau hak orang lain.

Contoh kasus: Buat loe yang cewek and doyan berpakaian seksi—bahkan nyeempet porno—di tempat umum (misalnya kelas, pasar, mall, jalan, dll) mungkin loe merasa itu hak loe mau berpakaian kayak apa juga terserah loe, toh itu tubuh loe, pakaian juga pakaian loe, lantas apa urusannya sama orang lain? Benar, itu tubuh loe, loe berhak atas tubuh loe. Itu juga emang pakaian loe (kecuali kalau pinjam, hehehe…), pastinya loe berhak penuh atas pakaian loe. Tapi sadarkah bahwa ada hak orang lain yang loe rampas saat loe melakukan itu? Sadarkah kalau ada hak orang – orang yang ingin mempertahankan keyakinannya, melaksanakan apa yang mereka yakini sebagai suatu kewajiban yang loe renggut? Sadarkah bahwa ada begitu banyak laki – laki Muslim yang teraniaya ketika loe melakukannya? Mereka kehilangan kebebasan dan hak mereka untuk melaksanakan perintah Tuhannya—bahkan hak yang satu ini sebenarnya dijamin oleh UUD 1945 pasal 29, lho—karena loe? Loe yang merampas kebebasan dan hak mereka!

And buat loe yang cowok and doyan nyanyi lagu – lagu yang merendahkan wanita, kayak lagu yang berjudul “Naluri Lelaki”. Sadarkah loe kalo banyak perempuan yang merasa terhina dan dilecehkan dengan syair lagu yang loe nyanyikan? Loe dengan tanpa merasa bersalah mengumandangkan “Aku adalah lelaki yang selalu gundah menunggu wanita../…./ Aku adalah lelaki yang selalu ingin dibuai wanita…/ …” Bahkan dalam lagu itu ada kalimat yang intinya, “Naluriku sebagai lelaki membuatku membuatku menginginkan berjuta wanita di sisiku” (maaf kalo syairnya ga tepat kayak di lagu aslinya coz penulisnya ga ngapalin lagu begituan). Emangnya loe anggap wanita itu apa? Alat pemuas loe? Loe ga bisa ngomong, “Terserah gue, donk! Ini mulut, mulut gue, kok! Terserah gue mau berkata apa!” karena di saat yang sama para wanita juga punya hak untuk tidak dilecehkan seperti itu!


Islamic View

Buat loe yang beragama Islam, jangan khawatir! Jangan takut kalo Islam tuch bakalan mengekang loe, menghalangi loe melakukan apa yang loe mau. Loe boleh koq, hidup semau loe, pake aturan loe sendiri! Tapi… ada syaratnya, lho… Mau tau syaratnya?

OK, loe boleh hidup semau loe tanpa mempedulikan siapa pun dan apa pun asalkan loe bisa melakukan salah satu syarat di bawah ini:

Pertama: Saat Izrail datang hendak mencabut nyawa loe, loe bilang ke dia, “Nanti dulu! Gue masih pengen hidup! Beri gue kesempatan bertobat karena gue pengen masuk Syurga!” Sanggup ga loe ngomong gitu ke si malaikat pencabut nyawa?

Kedua: Jangan injak Bumi – NYA! Gimana loe bisa bertindak semau loe kalo setiap hari loe menginjak – injak bahkan hidup di Bumi – NYA?! Kayaknya ga tau diri banget dech, kalo kita bertindak semaunya padahal setiap hari kita hidup di Bumi – NYA. Coba aja loe bayangin gimana kalo ada orang yang tiap hari numpang hidup di rumah loe tapi dia bertindak seenaknya aja tanpa mempedulikan aturan yang loe buat di rumah itu. Kayaknya pantes dech kalo loe marah and ngusir itu orang dari rumah loe. Tuch kan, loe yang cuma ditumpangin rumahnya aja pantes buat bikin aturan yang wajib dipatuhi semua penghuni rumah. Apalagi ALLAH yang jelas – jelas Pencipta alam ini, Pemilik seluruh alam ini. Pastinya DIA jauuuuuuh lebih pantes lagi buat bikin aturan yang wajib dipatuhi seluruh penghuninya. Iya kan?

Ketiga: Jangan makan dari rizqi – NYA! Lha, gimana loe mau bilang, “Terserah gue mau ngapain aja!” kalo tiap hari loe makan dari belas kasihan ALLAH? Nyadar ga loe kalo tiap hari yang loe makan itu adalah pemberian ALLAH? Wajar banget kan kalau loe wajib tunduk dan patuh sama Yang ngasih loe makan tiap hari? Kalo loe ga mau patuh sama aturan yang ALLAH bikin, silakan aja asal jangan sekali – kali makan dari apa yang diciptakan ALLAH!

Keempat: Pastikan kalo ALLAH ga bakalan melihat loe saat loe bertindak seenaknya! Anggaplah loe udah paham bahwa loe pantes patuh sama aturan ALLAH karena emang yang bikin loe bisa hidup adalah ALLAH. Tapi, loe masih pengen bertindak semau loe. Bisa koq! Asal… loe melakukannya tanpa sepengetahuan ALLAH! (Padahal ALLAH Maha Melihat dan pengetahuan ALLAH meliputi seluruh alam, lho…) Hayoo… bisa ga? Kalo bisa, silakan lakukan apa pun yang loe mau, ga usah peduli sama perintah ALLAH!

Brothers and Sisters!

Mau dilihat dari sudut pandang mana pun, pandangan “Ini gue, ini hidup gue. So, terserah gue mau ngapain!” itu ga bener and dunia bakalan hancur kalo penghuninya berpandangan seperti itu. Coba aja bayangin kalo semua orang berpandangan kayak gitu. Semuanya merasa berhak melakukan apa pun yang ia mau. Mau jadi apa dunia ini?

Lagi pula, apa sih yang loe cari dalam hidup ini sampe loe bersikap seegois dan sesombong itu? Kebahagian? Apa loe merasa bahagia saat loe melakukan apa pun yang loe mau padahal di saat yang sama loe mengganggu banyak orang, merugikan banyak orang? Apa loe juga bahagia saat loe malakukan apa pun yang loe mau padahal di saat yang sama orang – orang di sekitar loe menggunjing loe, mencemooh loe karena sikap loe itu? Apa loe juga masih bisa berbahagia saat loe melakukan apa pun yang loe mau padahal apa yang loe lakukan itu mengundang kemurkaan ALLAH Sang Penguasa alam semesta?

Bro and Sist! Bukankah makna kebahagiaan bagi seorang Muslim adalah tercapainya ridha dan cinta ALLAH? Karena hanya dengan itulah kita bisa hidup tentram, damai, dan apa pun yang kita inginkan bisa kita raih. Siapa sih yang sangup menghalangi ALLAH untuk memberikan kepada manusia yang DIA cintai apa yang dia inginkan? Kalo memang kebahagianlah yang loe cari dalam hidup ini, maka raihlah ridha dan cinta ALLAH dengan jalan menjalankan fungsi loe sebagai manusia di dunia ini, yaitu mengabdi pada NYA! Bukankah ALLAH telah berfirman, “Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi pada KU.”

Mengabdi pada – NYA berarti patuh pada aturan – NYA! Tak hanya sekadar ibadah ritual, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan kita harus tunduk dan patuh pada apa yang telah DIA gariskan. Bukankah ALLAH juga telah berfirman dalam Q.S. Al – Ahzab (33) ayat 36 yang artinya, “Dan tidaklah patut bagi laki – laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila ALLAH dan Rasul – NYA telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka…”? Lalu kenapa kita masih bersikap sombong dengan bertindak seenaknya sendiri tanpa peduli pada aturan ALLAH?

Yuuk…, sekarang kita ganti pandangan hidup kita yang semula “Ini gue, ini hidup gue. So, terserah gue mau ngapain!” dengan “Ini gue, ini hidup gue, ALLAH Tuhan Gue. So, gue tunduk pada aturan ALLAH!”! Itu baru bener!





Sunday, August 20, 2006
02.50 p.m.


Yang Tertatih Meraih Cinta – NYA

Neila Zahra




Thanks ya Von, Dir, Rud atas obrolan kita siang itu tentang pandangan hidup! (Dasar bandel, jam kosong bukannya ngerjain tugas yang ada, malah ngobrolin kayak gituan! Tapi GPP dink, toh akhirnya tugas kita selesai juga! hehehe… ).

Wednesday, August 23, 2006

Sepak Bola yang Memukau

(Dimuat di INSANI edisi 8 Tahun VII)


Heboh. Itulah kesan yang tertangkap setiap kali World Cup digelar. Ajang pesta para penggila bola yang tahun ini digelar di tanah kelahiran Einstein pun tak kalah menghebohkannya disbanding tahun-tahun sebelumnya. Tua-muda, kaya-miskin, pria-wanita, semua ikutan heboh menyambut piala dunia. Ga di terminal, di angkot, di warung, di kelas, juga di masjid, sepakbola sellu tema yang menarik untuk diperbincangkan.

Sepertinya demam piala dunia ini udah mewabah ke mana-mana. Bahkan, lebih parah dari wabah demam berdarah dengue (DBD) karena demam world cup ini menjangkiti semua kalangan. Mulai kalangan kelas bawah hingga atas, kalangan pendidik hingga terdidik, buruh hingga majikan, juga kalangan anak gaul hingga “anak masjid” (ikhwan juga akhwat) semua terjangkit demam bola. Yang lebih parah nech, Bapak Jubir Kepresidenan kita pun ikutan menjadi komentator sebuah pertandingan dia ajang World Cup 2006 yang ditayangkan secara live di SCTV bulan lalu (aduh Pak, kenapa ga jadi komentator kasus Lapindo Brantas or rendahnya tingkat kelulusan kita aja, Pak?!). Juga PT. POS Indonesia yang ikutan latah dengan mencetak piala khusus bertemakan World Cup 2006. Apa hubungannya, coba?!

Di Balik Pseona World Cup

World Cup memang selalu mempesona. Tapi, siapa sangka di balik pesonanya yang memukau, terdapat kebusukan yang luar biasa. SoNI, sudah saatnya ummat ini sadar bahwa world Cup (dan juga ajang serupa lainnya seperti Liga Itali, juga termasuk pertandingan Basket, dll)merupakan bagian dari rencana kaum kaffir untuk menghancurkan kita, Islam dan ummatnya. Hal ini bias dilihat dalam Protocol of Zion point ke – 13 yang diterbitkan oleh Prof. Sergyei Nilus di Rusia pada 1902. Intinya: “Zionisme merencanakan hendak mengundang masyarakat melalui surat-surat kabar waktu itu untuk mengikuti berbagai lomba yang sudah diprogramkan. Diharapkan kesenangan baru yang diciptakan itusecra perlahan akan melenakan kaum Muslimini dari konflik-konflik kaum Muslimin denagn bangsa Yahudi.”

Tidak bias dipungkiri bahwa World Cup merupakan salah satu lomba yang sudah diprogramkan (Yajelas, dunk! Lha wong pelaksanaannya aja rutin tiap 4 tahun, koq!). Berarti… (SoNI bisa menyimpulkan sendiri kan?!) Bisa, dunk! SoNI kan pinter! Alhamdulillaah…

SoNI, kayaknya usaha mereka untuk melenakan kaum Muslimin ini cukup sukses deh. Lihat saja, berepa ratus juta orang tersihir oleh pesona World Cup bulan lalu?! Bahkan anak masjid sekali pun tak lepas dari sihirnya, Seperti yang pernah redaksi curi dengar betapa asyiknya para ikhwan membincangkan World Cup di masjid (malah, ada yang sampe bolos sekolah gara-gara bangun kesiangan setelah mantengin bola semalaman. Astaghfirullaah…). Setali tiga uang denagn par ikhwan, beberapa akhwat juga terpesona oleh World Cup (meski cuma segelintir, memang…). Setidaknya hal ini dapat disimak dari tema perbincangan saat menunggu waktu halaqah. Ada yang cerita tentang serunya mereka sekelurga nonton bola, juga tentang prediksi pertandingan malam berikutnya. Juga, lihatlah! Betapa perhatian orang lebioh banyak tertuju pada gemerlap pesta bola dari pada musibah beruntun yang menimpa saudara-saudara kita di Yogya, Klaten, Sidoarjo, dll.

Selain itu, fakta menunjukkan bahwa sepak bola (juga olahrahga terorganisir lainnya) ternyata menyuburkan perjudian. Kita bisa saksikan betapa menjamurnya kuis sms/premium call tentang world cup (eh, dah tau kan kl kuis sms/premium call termasuk judi (haram)? Kalo belum tau, Tanya dech ama ustadz/ah atau baca2 buku Islam ya…). Tak hanya itu, judi yang terang-terangan pun marak dilakukan. Bahkan menurut tim Metro Realitas, omsetnya bisa mencapai miliaaran rupiah per hari (ck…ck…ck…). Juga oleh anak-anak, seperti yang dituturkan Ari, seorang siswa SMA Wanasari Brebes. Lewat pesan singkat doi mengatakan: “Di sini juga banyak yang taruha, bahkan anak-anak pun banyak yang taruhan!” saat ditanya tentang respon masyarakat Brebes menyambut World Cup 2006.

Fakta juga mengatakan (meski kadang tidak diakui), pemainan yang terorganisir semacam ini merupakan pemicu permusuhan. Banyak kan kajadian orang yang kalah taruhan bola, lalu saling tikam?! Juga, sering dengar kan berita tentang bentrokan antar supporter?! Makanya, bohong besar kalo Bill Clinton bilang “Sepakbola adalah bahasa universal untuk mempersatukan manusia”! Mempersatukan apa? Mempersatukan uang kaum Muslimin untuk masuk rekening para kapitalis pendukung World Cup?! Lagi pula, bukan kah persatuan yang sejati hanya bisa terjalin dengan aqidah Islam yang kokoh?!

Sobat Muslim, juju raja INSANI miris banget melihat kenyataan bahwa banyak pemuda/I Muslim yang ikut terlarut dalam sihir World Cup. Rasanya ga pantes banget kalau kita ikutan terlarut dalam irama permainan musuh yang menjebak. Kita Muslim, Akh/Ukh! Bukankah dalam sebuah hadits riwayat Al Hakim dengan sanad shahih disebutkan bahwa: “Setiap permainan di dunia ini adalah bathil, kecuali 3 hal: memanah, menjinakkan kuda,dan bermain dengan istri…” Apalagi ini jelas-jelas jebakan musuh-musuh kita.

Makanya, kita patut prihatin ketika menyaksikan banyak negeri Muslim yang malah ikut larut dalam euphoria World Cup. Bisa kita saksikan dalam world cup 2006 ada tim Iran (negaranya lagi mau di serang AS, eh… malah main bola “bareng” AS! Gimana sech?!), juga ada Saudi Arabia (Aduh…, gap antes banget dech bawa-bawa bendera bertuliskan 2 kalimat syahadat ke tengah permainan lawan!).

Nonton Boleh, Asal…

Bukannya INSANI ngelarang SoNI nonton or main bola (juga olahraga lainnya)! Hanya saja, perlu diingat, aktivitas yang diperbolehkan itu jangan sampai melenakan hingga melupakan kewajiban! Lagi pula, bukankah waktu yang kita punya akan lebih bermanfaat jika kita menggunakannya untuk berdakwah, mengurus ummat, bersosialisasi, belajar, atau memperbanyak ibadah mahdhah?! Ingatlah Saudara/i-ku, ummat masih sangat membutuhkan pengorbanan kita untuk mengembalikan kejayaan Islam dan ummatnya. Makanya, yuuk… rame-rame mengkaji Islam! Tapi yang serius ya… ngajianya, kemudian amalkan!!!


Wednesday, June 21, 2006
4.33 p.m.

Neila Zahra

Sumber:
www.dudung.net
www.sholihin.multiply.com
www.sobatmuda.multiply.com
Buletin Studia edisi 074
Metro Realitas edisi 21 Juni 2006

Sunday, August 20, 2006

WANTED: Cewek Cerdas!

Buletin Studia
13 Agustus 2006 - 06:43
STUDIA Edisi 306/Tahun ke-7 (14 Agustus 2006)

Cewek cerdas, kayaknya saat ini lagi laris manis bak kacang goreng. Ungkapan-ungkapan yang terlontar dan sering terdengar ‘udah keren, cakep, cerdas lagi’. Dan berbagai ungkapan sejenis. Bahkan dalam ajang yang notabene umbar aurat semisal pemilihan model dan Miss Universe yang sudah berlalu, kategori brain juga dimasukkan sebagai faktor kemenangan. Biar keren gitu loh kelihatannya. Meski pada faktanya juga kecerdasan mereka pada nggak bisa dipertanggungwajabkan. Inget kasus Nadine Chandrawinata kan?

Eh, tapi kenapa juga yang sering cerdas dalam nilai akademis, apalagi lomba-lomba sains dan teknologi, seringnya didominasi para cowok? Apa bener sih cewek itu memang makhluk lemot dan hanya punya fisik sebagai andalan? Hmm... untuk menjawab hal beginian emang nggak mudah sih. Yuk kita bahas satu per satu, yuk.

Cewek cerdas, ada nggak sih?
Baru-baru ini banyak banget diselenggarakan ajang olimpiade sains tingkat nasional dan internasional. Tapi kalo kita amati, sepertinya nama-nama yang muncul mayoritas dari makhluk berjenis cowok. Andhika Putra, Ali Sucipto, Purnawirman, Michael Andrian dan Ario Prabowo. Kemana nih para cewek-ceweknya? Apa iya mitos tentang cewek tuh makhluk kelas dua jadi terbukti hanya gara-gara cowok selalu lebih unggul dari cewek?

Sebetulnya juga nggak gitu-gitu banget kok. Ada juga cewek cerdas seperti Aulia Tirtamarina dan Thina Ardhiana Mewakili ITS ke Pontianak. Mau ngapain? Masa’ mau transmigrasi. Ya nggaklah. Mereka inilah yang akan mengikuti Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa Tingkat Nasional di Pontianak. Lalu masih banyak nama-nama cewek lainnya yang berada pada deretan perwakilan lomba karya ilmiah semisal Dewi Chasanah dan Linda Puspitasari. Di antara mereka ada juga para muslimah dan berjilbab lagi. Pasti bangga dong.

Kaum Hawa juga punya Ibu Ratna Megawangi (itu lho, istrinya Menkominfo Sofyan Djalil) yang mengantongi gelar doktor dan post doktoral. Lalu ada juga ibu Dr. Ing. Gina Puspita, DEA yang lulusan Ecole National Superieure de I’Euronatique et de; ‘Espace (ENSAE) Toulouse France. Wanita kelahiran Bogor 8 September 1963 ini pernah menjadi Kepala Departemen Structure Optimization Divisi Riset & Development IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara). Oya, Ibu Gina pernah juga ‘menggegerkan’ dunia kampus dengan kecerdasannya dan memakai cadar ketika mengajar mahasiswa di ITB.

Bahkan saking nggak umumnya cewek cerdas, di Universitas Stanford, California ada seorang profesor yang ganti jenis kelamin dari perempuan menjadi laki-laki. Nama aslinya Barbara Barres diganti menjadi Ben Barres. Sedari lahir hingga gede, ia memang seorang perempuan tulen. Tapi pengalaman hidup dan diskriminasi membuatnya merasa tak nyaman menjadi perempuan. Apalagi dengan kecerdasannya yang di atas rata-rata.

Ketika masih kuliah, kelasnya dipenuhi makhluk yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Ketika ada soal matematika sulit, ia adalah satu-satunya perempuan yang bisa mengerjakan soal itu. Apa tanggapan sang dosen? Si dosen malah mengejek dengan mengatakan soal sulit itu pastilah dikerjakan pacar si mahasiswi.

Lalu di kota Wellington, ada hakim di sana yang sehari-harinya memakai pakaian cewek padahal ia adalah laki-laki tulen. Ia bukan banci, wadam ataupun waria. Ia adalah seorang suami dan bapak dari beberapa anaknya. Bahkan sikapnya ini didukung oleh istri dan anggota keluarga yang lain. Usut punya usut ternyata bapak hakim ini memprotes sistem peradilan Wellington yang tak memberi kesempatan pada kaum perempuan untuk berprestasi utamanya di bidang peradilan.
See, sebetulnya bukannya nggak ada perempuan cerdas itu. Tapi ada sesuatu dan lain hal yang menghalangi perempuan untuk menjadi cerdas. Nah, apakah sesuatu itu?

Kenapa cewek cerdas langka?
Wah... pertanyaan apa pula ini? Pernah nggak sih pertanyaan seperti ini terbersit di benakmu? Kenapa jarang banget kita mendapati cewek cerdas di tengah masyarakat? Umumnya yang muncul selalu laki-laki. Sistem hidup yang mendiskriminasikan perempuan, jawabnya. Lihatlah sistem hidup yang ada saat ini dengan falsafah sekuler plus kapitalis yang katanya membela kesetaraan gender. Lihat pula negara yang mengaku kampium demokrasi alias si congkak Amerika.

Apa yang dilakukan oleh sistem dan negara ini? Ternyata mereka sangat meminggirkan perempuan dengan segenap potensinya. Kamu tahu mengapa ada isu kesetaraan gender? Karena memang pada dasarnya gender perempuan tak pernah benar-benar diakui dan dihormati dalam sistem Kapitalisme-sekularisme itu.

Coba bandingkan dengan Islam yang sudah sejak awal konsepnya laki-laki dan perempuan diperlakukan sama di depan hukum syariat. Bila laki-laki ada kewajiban sholat, puasa, zakat hingga menunaikan ibadah haji, maka perempuan mempunyai kewajiban yang sama pula. Bila laki-laki wajib untuk menuntut ilmu, berdakwah dan berjihad, maka perempuan mempunyai hak yang sama pula.

Karena syariat Islam berasal dari yang menciptakan manusia, Ia pula yang tahu ukurannya. Sehingga Ia pula yang berhak membuat hukumNya. Meski laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban sama, tapi nggak semuanya dipukul rata agar sama semua.

Contoh sederhana adalah jatah untuk kamu dan temanmu. Kamu yang biasanya makan cukup sepiring diberi jatah dua piring hanya gara-gara kepingin sama porsinya dengan temanmu yang olahragawan, misalnya. Atau temanmu yang biasanya jatah makan dua piring cuma diberi satu piring karena biar sama dengan dirimu. Apakah ini bisa dibilang adil?

Sama juga dengan kedudukan laki-laki dan perempuan dalam Islam. Adil adalah ketika porsi masing-masing diberikan secara tepat guna. Perempuan cerdas itu tidak diukur dari seberapa tinggi nilai IP-nya. Tapi perempuan cerdas adalah perempuan yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan dalam hidupnya dengan satu tolok ukur tertentu yang bertanggung jawab.

Apakah itu? Hukum syara’. Karena seperti kata Om Daniel Goleman bahwa kecerdasan otak saja tidak akan membawa seseorang kepada kesuksesan. Harus ada cerdas secara emosi. Bahkan akhir-akhir ini muncul istilah kecerdasan secara spiritual. Kenapa harus dibagi-bagi seperti itu? Kenapa tidak kita pilih saja kecerdasan yang memberi paket all in dalam satu kemasan?

Tapi, cerdas seperti apa sih yang emang top banget? Soalnya kalo cuma cerdas sebatas nilai kimia, matematika dan fisika hampir sempurna, itu mah udah biasa. Yang nggak biasa adalah yang cerdas tapi sesuai syariat. Emang ada? Makanya terus baca aja tulisan ini yee. Jangan bengong aja. Hehehe...

Cerdas sesuai syariat
Cerdas sesuai syariat adalah seseorang yang dengan kecerdasannya akan semakin menambah keimanannya pada Allah Swt. Bukan sebaliknya. Banyak juga kok pemuda-pemudi muslim yang karena kecerdasannya sampe dikirim ke luar negeri. Di sana mereka menuntut ilmu dan diharapkan sekembalinya ke Indonesia menjadi sarjana yang bisa mengaplikasikan ilmunya. Lebih luas lagi, mereka diharapkan memberi kontribusi bagi kemjuan umat ini. Tapi apa yang terjadi?

Dengan bertambahnya ilmu dan gelar yang dimilikinya, bukannya semakin menambah baik iman dan amalnya,eh mereka malah menjadi antek-antek Barat untuk menghancurkan Islam dari dalam. Ketika berangkat ke negeri Barat, mereka adalah seseorang yang meyakini bahwa Allah adalah al-Khaliq dan al-Mudabbir, pencipta dan pengatur.

Keimanan dan keyakinannya tentang betapa lemahnya manusia tanpa aturan dariNya begitu membubung. Sehingga dia rindu dunia ini diatur dengan aturan dari Yang Maha Pengatur. Tapi, apa yang terjadi ketika ia ada di negeri Barat dan bersentuhan dengan ide-ide Barat? Makmur dan sejahteranya negeri-negeri Barat telah menyilaukannya. Karena silau, ia malu dengan kondisi negerinya dan mayoritas umat Islam yang dianggapnya masih terbelakang dan bodoh.

Sehingga ide-ide rusak semacam demokrasi, kesetaraan gender dan feminisme, hingga ke tataran gaya hidup dengan pola permisif dan hedonis dianutnya. Ia menganggap bahwa ide-ide itulah yang telah membuat dunia Barat maju. Sehingga bila kaum Muslimin ingin maju, maka ide-ide itulah yang seharusnya diambil. Waduh. Parah tenan iki.

Bila cerdas seperti ini yang dimaksudkan, sungguh ini adalah cerdas yang sangat tidak mencerdaskan. Bahkan cerdas yang kampungan. Cerdas yangmerusak alias destruktif. Karena ternyata cerdasnya cuma dalam tataran angka di atas kertas yang bernama IP, tapi secara nyata ia merusak pemahaman dan akidah umat dengan ide-ide kufurnya.

Padahal cerdas yang sesuangguhnya adalah cerdas yang sesuai syariat. Cerdas ketika ilmu yang didapatnya semakin manambah kecintaan ia pada Allah dan berjuang menegakkan kalimatNya. Cerdas ketika beasiswa yang didapat digunakannya dengan sebaik-sebaiknya kemakmuran umat.

Beasiswa? Jangan salah. Istilah ini pun sebetulnya masih rancu. Bagaimana mungkin disebut beasiswa ketika uang yang diterimanya untuk membiayai kuliah adalah uang yang didapat para sponsor semisal bank dunia dari merampok harta kaum Muslimin. Jadi, sudah sewajarnyalah kalo harta itu memang kembali lagi pada yang empunya.

Back to cerdas. Kecerdasan dalam Islam melingkupi semuanya. Ketika kita melihat alam semesta dan berfikir tentang penciptaannya, pastilah akan muncul sebuah stimulus dalam serat otak kita untuk mencari jawabannya secara ilmiah. Tidak berhenti sampai di situ saja. Pengamatan terhadap alam semesta dan alam sekitar membuat kita semakin yakin akan keberadaan dan kemahabesaran Allah, sang pencipta sekaligus pengaturnya. Iman—bagi sebagian kalangan dimasukkan kepada kecerdasan spiritual—kita akan semakin cerdas.

Iman bukan hanya sekadar diyakini tapi juga ada amal nyata dalam kehidupan sehai-hari. Karena sudah dibekali kecerdasan spiritual yang oke, maka dalam bermuamalah dan berhubungan dengan orang-orang juga pasti terlahir sikap dan perilaku yang cerdas. Inilah yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan ini berlaku untuk semua, baik laki-laki dan perempuan yang beriman.

Hanya saja karena mereka ini memang berjenis kelamin yang berbeda, maka porsi yang diberikan Allah juga berbeda. Kecerdasan yang dimiliki kaum perempuan lebih maksimal digunakan dalam ranah rumah tangga. Karena itulah ia dibekali kemampuan alami untuk melahirkan, menyusui dan sebagai pendidik utama anak-anak usia dini. Bukan karena bias gender dan diskriminasi semua ini diatur, tapi demi saling melengkapi dan untuk kesejahteraan bersama.

Dengan karakter laki-laki yang umumnya seperti kita tahu gagah dan perkasa, bayangkan bila ia yang diberi kemampuan untuk melahirkan dan menyusui bayi mungil yang masih lemah dan lembut itu. Maha Besar Allah Yang Maha Tahu bahwa tugas ini memang spesialisasinya perempuan yang difitrahkan dengan sifat-sifat kelembutan dan keibuan.

Seperti inilah seharusnya cewek itu, cerdas yang multifungsi. Ya cerdas otaknya, cerdas emosionalnya dan yang pasti cerdas juga spiritualnya. Jangan sampe terjadi sebaliknya. Apalagi salah kaprah. Apa gunanya cerdas secara IQ tapi lupa pada yang memberi kecerdasan itu sendiri? Apa gunanya punya gelar berderet tapi ternyata kufur nikmat?

Ah, ternyata itu semua memang tak ada gunanya bila kecerdasan yang ada ternyata tak mampu untuk mengenal Rabbnya. Jadi, kamu jangan mau jadi cerdas yang bablas alias nggak tahu diri. Cerdas itu kudu taat syariat. So, cewek cerdas? Kudu lagi! Apakah ada di antara kamu? Semoga semuanya cerdas.[ria: riafariana@yahoo.com]

Di-copy dari www.dudung.net

Saturday, August 05, 2006

Yuk, Kita Lawan Israel!



Buletin Studia
26 Juli 2006 - 16:29
Yuk, Kita Lawan Israel!
STUDIA Edisi 304/Tahun ke-7 (31 Juli 2006)

Israel, negeri penjajah Palestina itu, kayaknya udah nyiapin segalanya sebelum penyerangan ke Libanon pada 12 Juli 2006 lalu. Sampe tulisan ini dibuat, 25 Juli 2006, korban perang itu telah mengoleksi angka hampir 400 orang yang tewas (dan catat: kebanyakan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak).

Tujuan Israel menyerbu Libanon, sebenarnya buat menumpas kelompok Hizbullah pimpinan Syekh Hassan Nasrallah yang bercokol di Libanon. Emang sih, Hizbullah ini kerap bikin repot Israel, terutama sejak kelompok ini berdiri pasca serangan Israel ke Libanon pada Juni 1982 silam. Tapi, apa pantas Israel menghujani Libanon dengan bom dan rudal-rudalnya cuma buat nangkepin anggota Hizbullah yang udah menculik dua serdadu Israel? Kok kayaknya nggak abis pikir deh kalo alasannya cuma itu. Israel kan punya Mossad, juga punya Sayeret Matkal, dinas rahasia Israel yang konon terlatih itu. Bikin aja operasi intelijen buat membebaskan dua serdadunya yang diculik. Tul nggak seh?

Sobat, tentu alasan itu kayaknya cuma kedok aja. Karena tujuan utamanya adalah membungkam dan membekukan kegiatan militer Hizbullah. Selain itu, Israel juga berupaya membangun opini di mata masyarakat Libanon (bahkan mungkin dunia), bahwa kalo mereka berani membiarkan Hizbullah terus bercokol di sana, kesengsaraanlah yang bakalan didapat bagi warga Beirut.

Buktinya, Israel kini sudah menggelar operasi militer di darat. Mereka menjebol perbatasan Libanon dan merangsek ke dalam kota. Sebelumnya cuma berani lewat udara atau melontarkan rudal-rudal yang menghanguskan sebagian kota Beirut dan membunuh ratusan penghuninya.

Israel di bawah kepemimpinan Ehud Olmert memang kacau banget. Sama seperti pendahulunya yang kini tak berdaya dihajar penyakit, Ariel Sharon. Mereka memang keras sikapnya terhadap Palestina dan Libanon.

So, kalo diperhatiin dengan seksama, Israel tuh sebenarnya ketakutan banget dengan kekuatan Hamas dan Hizbullah. Maka, dengan dalih membebaskan seorang tentara Israel yang diculik sekelompok anak muda yang tergabung dalam Izzuddin al-Qasam--sayap militernya Hamas--mereka membombardir kawasan Gaza. Begitu pula dengan Hizbullah, Israel ngeri betul gimana merepotkannya Hizbullah yang memang memiliki senjata dan terlatih, apalagi udah masuk parlemen Libanon. Artinya mereka direstui pemerintah setempat.

Prediksinya, Israel kelihatannya akan terus menggempur Libanon. Jika ini yang dilakukan, maka bukan tak mungkin akan menyeret Suriah, negara tetangga Libanon, yang juga sering merepotkan Israel. “Jika Israel menginvasi masuk ke Libanon, mereka bisa mencapai daerah yang berjarak 20 kilometer dari Damaskus,” kata Menteri Informasi Suriah Moshen Bilal kepada harian berbahasa Spanyol, ABC.

“Apa yang bakal kami lakukan? Berdiam diri dengan senjata di tangan? Jelas tidak. Suriah bakal masuk dalam konflik ini,” Bilal menegaskan.
Kalo Suriah terlibat, maka sudah bisa dipastikan Iran--sebagai “kawan dekat”--Suriah akan ikutan melibatkan diri. Sementara di pihak Israel, Amerika pasti nggak bakalan cengo’ aja kayak orang keder. Minimal bakalan ngasih support Israel dengan peralatan militer canggihnya. Jika ini yang terjadi, seru abis!

Tapi kalo dipikir-pikir, Israel tuh memang wajib dikasih pelajaran dan ditindak dengan tegas. Jangan dibiarin memelihara rasa belagunya karena ada dukungan dari Amrik. Seharusnya bukan cuma Hamas dan Hizbullah yang susah-payah menahan gempuran dan berusaha mempertahankan diri dari serangan Israel, tapi negeri-negeri seperti Suriah, Libanon, Iran, bahkan Kuwait, Arab Saudi, dan Turki serta Mesir seharusnya bisa membantu. Biar Israel tahu diri kalo keberadaannya di Timur Tengah sebenarnya bermasalah.

But, mimpi nggak sih kalo kita ngarepin semua pemimpin Timur Tengah bergabung dan bersatu padu untuk ngancurin Israel? Kalo kondisi pemimpinnya kayak sekarang: pengecut, penakut, dan bermental inlander—kita pikir, memang mimpi kalo bisa ngalahin Israel. Jadi, ayo pada bangun! Jangan bengong aja. Lagian masa’ sih kita tega diem aja ketika ada tetangga yang dihajar orang sampe babak belur? Padahal kita punya kekuatan untuk melawan si penghajar dan membantu korban. Ayo sadar diri!

Antara Yahudi dan Zionisme
Yahudi tuh sebenarnya terbagi dua kategori: sebagai etnis dan sebagai agama. Sebagai etnis, orang Yahudi nggak mesti beragama Yahudi. Ada juga yang beragama Islam. Sementara Yahudi sebagai agama, adalah seperti apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam al-Quran, misalnya selalu memerangi kaum Muslimin.

Sementara zionisme adalah sebuah gerakan politik yang digagas Theodor Herzl. Ia telah menyusun doktrinnya sejak 1882 di Wina dan memberinya bentuk yang sistemik pada 1896 di dalam bukunya mengenai “Negara Yahudi” (Der Judenstaat), dan mulai menerapkannya secara konkret dalam Kongres Zionis sedunia yang pertama di Bazel, Swiss pada 1897. Nah, ini sama bahayanya karena mereka bergerak di bidang politik dengan bertujuan mendirikan negara, dan ternyata memang berhasil. Ya, Israel itulah buktinya. Negara yang berdiri tahun 1948 setelah menjajah dan merampok negara Palestina.

Rasulullah saw., di awal masa pemerintahannya di Madinah, udah bikin perjanjian dengan kaum Yahudi di sana. Namun, Yahudi bani Nazhir, bani Qainuqa, dan bani Quraizhah membatalkan perjanjian tersebut. Nggak cuma itu, mereka bahkan menggalang kekuatan dengan kaum Quraisy dan Ghathfan untuk menyerang Nabi saw. dan kaum Muslimin. Perilaku Yahudi yang kayak gitu, membuat Rasulullah saw. marah lalu memerangi dan mengusir mereka seluruhnya dari Madinah.
Nah, perilaku Yahudi yang kini tergabung dalam zionisme Israel adalah sama aja dengan perilaku Yahudi di jaman dulu yang pernah bersekongkol untuk memerangi Nabi saw. dan kaum Muslimin. Allah menjelaskan dalam firmanNya: Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS al-Baqarah [2]: 120)

Dalam ayat lain, Allah Swt. memberikan gambaran tentang Yahudi:
Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari al-Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka menghendaki kamu tersesat dari jalan (yang benar). (QS an-Nisa’ [4]: 44)

So, ati-ati dah dengan mereka. Jangan sampe mereka membuat kita berpaling dari Islam atau bahkan membuat kita membela mereka. Ih, amit-amit deh.

Israel nggak perlu ditakuti
Kalo ukurannya kekuatan militer, sebenarnya Israel tuh kalah jauh sama negeri-negeri Islam yang ada di kawasan tersebut. Dengan satu negara Suriah aja berimbang kok, kalo nggak mau disebut kalah. Misalnya, kekuatan pasukan darat, laut, dan udara. Israel punya 576.300 tentara (termasuk 408 ribu cadangan). Suriah memiliki 661.600 tentara (termasuk 354.500 cadangan).

Persenjataan? Bisa dibilang berimbang juga kok. Kapal perang Israel 18 biji (termasuk 3 kapal selam). Sementara Suriah 14 biji. Pesawat tempur (Israel 402, Suriah 632). Mungkin, jika Suriah jadi ikutan maka Israel bakalan dapat lawan seimbang ketimbang menggempur Hizbullah. Apalagi kalo seluruh kawasan Timur Tengah bersatu padu melawan Israel. Berdasarkan catatan Encarta Reference Libary Premium 2005 aja, kalo keempat negeri Muslim yang berdekatan wilayahnya dengan Israel seperti Turki, Mesir, Yordania dan Iran bergabung, maka jumlah tentara mereka sekitar 1,6 juta personel), hmm… bakalan jadi perkedel tuh negara zionis Israel! (atau minimal jadi tempe penyet!). So, nggak perlu takut kan melawan Israel? Seharusnya sih begitu. Tul nggak?

Sobat muda muslim, wilayah Israel tuh kecil. Itu pun hasil penjarahan dari Palestina. Seandainya seluruh kawasan Timur Tengah menghujani Israel dengan batu pun bakalan ketutup tuh wilayah kecil mereka dengan batu. Israel tuh menang gertak doang karena merasa ada dukungan dari Amrik sebagai sahabat sejatinya. Ditambah pula dengan kepengecutan sebagian besar penguasa negeri-negeri Timur Tengah, hasilnya Israel jadi belagu. Petantang-petenteng kayak preman kampung.

So, jangan merasa kecil di hadapan Israel. Apa kita diem aja melihat aksi mereka membantai kaum Muslimin di Palestina? Apa kita bengong terus menyaksikan Beirut terbakar? Memang, di Libanon itu nggak semuanya Muslim, tapi Israel jelas-jelas menyerang milisi Hizbullah dengan cara ngancurin kota dan tentu aja itu berakibat sebagian besar warga sipil Libanon ikutan jadi korban.

Bagi kita kaum Muslimin, nggak ada alasan untuk takut ngadepin Israel. Apalagi kaum Muslimin adalah umat yang mulia. Allah Swt. berfirman:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS Ali Imran [3]: 110)

Dalam ayat di atas, Allah Swt. menegaskan dua perkara: Pertama, umat Mumammad saw., adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Artinya, kaum Muslim sejatinya menjadi umat terbaik dibandingkan dengan umat-umat lain di seluruh dunia. Sebab, kata frasa linnâs menunjukkan makna bagi seluruh manusia tanpa kecuali. Tolong dicatet ye.

Umat terbaik tentu bukanlah umat yang dijajah; yang pemimpinnya diciduk bahkan dibunuh, rakyatnya dibantai, kekayaannya dirampas, ekonominya dikuasai, perjanjiannya dikhianati, dan mereka dijadikan bulan-bulanan oleh umat lain. Apakah kita rela membiarkan saudara kita di Palestina dan Libanon dibantai Israel? Nggak rela banget deh.

Kedua, karakter sejati kaum Muslim adalah selalu melakukan amar makruf nahi mungkar; tidak hanya terhadap individu atau penguasa, tetapi juga terhadap negara-negara yang ada, terutama negara-negara besar yang merampas kekayaan mereka, yang membantai rakyat mereka, dan lain-lain. Jadi, ayo para penguasa negeri-negeri Muslim, kalian kudu berani melawan Israel dan Amerika. Jangan takut!

Sobat, untuk melawan Israel ama Amrik emang dibutuhkan kesatuan. Ngelawan Israel nggak cukup dilakukan Hamas dan Hizbullah, tapi seluruh umat Islam. Itu sebabnya, umat Islam perlu dan wajib memiliki kekuatan dan kekuasaan yang besar dan kuat, yang mampu menghentikan kejahatan negara besar macam Amerika. Tanpa kekuatan demikian, umat Islam cuma bisa bengong dan bingung sambil menyaksikan kejahatan musuh-musuhnya tanpa berani melawan. Hmm.. jangankan melawan Amrik, wong ngelawan Israel yang kecil aja kayaknya takut banget, gitu lho. Aduh, benar-benar mengenaskan!

Nah, sebagai catatan bahwa kedua karakter yang diberikan sebagai ciri umat Islam tersebut baru akan diraih dengan maksimal ketika umat Islam menerapkan syariat Islam dan menyatu sebagai satu tubuh di bawah kesatuan Khilafah Islamiyah. Jadi, tentu saja kita terus kampanyekan agar syariat Islam ini bukan sebagai spirit aja, tapi formal alias diterapkan sebagai ideologi negara.

Oya, khusus untuk kasus ini, nggak ada salahnya juga buat kita kalo mau ngasih pelajaran bagi Israel saat ini. So, yuk kita lawan Israel. Perangi sekarang juga. Berani kan? Allahu Akbar![solihin: sholihin@gmx.net]

Untuk Saudaraku

Kita satu tubuh
Dukamu dukaku
Terdengar syahdu
Tepi terasa pilu

Adakah itu nyata?
Di mana kau ketika badai melanda?
Di mana kau saat kami meregang nyawa?
Di mana kau saat peluru menembus dada?

Ilusikah itu?
Saat luka kami menganga, tawamu menoreh luka baru
Saat kami ditindas, tarianmu menyayat qalbu

Adakah itu nyata?
Kapankah itu jadi nyata?
Atau...
Salahkah aku jika berharap itu jadi nyata?
Beri aku jawabnya!



Tegal, 20 Juli 2006
(Tugas Bahasa Indonesia neech..., ternyata susah juga ya bikin puisi?!)

Neila Zahra