Assalaamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh...

Thursday, July 20, 2006

Islam memuliakan Wanita

Rasulullah SAW. membuat empat garis seraya berkata: “Tahukah kalian apakah ini?” Mereka berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW. lalu bersabda: “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad SAW., Maryam binti ‘Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak Ash Shahihain 2:497).Sabda Rasulullah SAW. yang lain:“Takutlah kepada Allah dan hormatilah kaum wanita.” (H.R. Muslim).Itulah sebagai tanda cinta Islam kepada wanita. Islam memuliakan wanita, dan menempatkannya dalam kedudukan yang terhormat. Kita tahu, bahwa wanita itu makhluk yang lemah dan rentan terhadap tindak kejahatan. Pelecehan seksual kerap mendera kaum wanita. Namun kita juga sering dibuat aneh dengan sikap wanita di jaman sekarang ini. Berlindung di balik kedok emansipasi, kaum wanita malah membuat peluang untuk dilecehkan. Karena menginginkan peran ganda dalam kehidupannya dan ingin bersaing dengan laki-laki, akhirnya mereka sendiri yang kedodoran menahan gempuran pelecehan seksual yang jelas membahayakan kesucian dan kehormatan dirinya. Dalam masyarakat kapitalis, wanita sudah dijadikan komoditas yang diperjual-belikan. Mereka dijadikan sumber tenaga kerja yang murah dan dieksploitasi untuk menjual barang. Dan ini telah banyak memakan korban dan merendahkan martabat wanita yang dalam Islam sangat dihormati. Wal hasil, emansipasi yang sebenarnya mengangkat wanita dari perbudakan dan dominasi kaum pria, malah membuatnya semakin amburadul.Islam sangat menjunjung kehormatan dan kesucian kaum wanita. Terbukti, suatu ketika seorang muslimah di kota Amuria—terletak antara wilayah Irak dan Syam—berteriak meminta pertolongan karena kehormatannya dinodai oleh seorang pembesar Romawi. Teriakan itu ternyata “terdengar” oleh Khalifah Mu’tashim, pemimpin umat Islam saat itu. Kontan saja ia mengerahkan tentaranya untuk membalas pelecehan tersebut. Dan bukan saja sang pejabat nekat itu, tapi kerajaan Romawi langsung digempur. Sedemikian besarnya tentara kaum muslimin hingga diriwiyatkan, “kepala” pasukan sudah berada di Amuria sedangkan “ekornya” berakhir di Baghdad, bahkan masih banyak tentara yang ingin berperang. Fantastis! Dan untuk membayar penghinaan tersebut 30.000 tentara musuh tewas dan 30.000 lainnya menjadi pesakitan.Kondisi itu sangat berbeda dengan sekarang, selain memang sistemnya tidak mendukung untuk memuliakan wanita, wanitanya sendiri malah memberi peluang pria untuk mengotori kesucian dan meruntuhkan kehormatannya. Jutaan wanita yang masih betah mengumbar auratnya ketika keluar rumah. Yang secara fakta memang menjadi faktor pemicu terjadinya pelecehan seksual.Kita bisa mengambil hikmah dari perlakuan Islam terhadap kaum wanita ini. Lapangan pekerjaan wanita yang banyak di rumah, bukan berarti Islam mengucilkan dan merendahkan wanita, tapi justru memuliakannya. Bekerja di luar rumah bukan berarti tidak boleh. Mubah saja selama jenis pekerjaannya sesuai kodrat dan tidak membahayakan kesucian dan kehormatan dirinya. Namun, bila jenis pekerjaannya kemudian menuntut perannya yang besar hingga melupakan kewajiban rumah tangganya, maka tentu saja tidak dibenarkan. Apalagi sampai mengancam kesucian dan merendahkan kehormatannya sebagai wanita.Dengan demikian, memang hanya dengan bercermin kepada Islam semuanya akan beres, dan kaum wanita bisa meneladani pribadi-pribadi wanita terhormat dalam hadits di atas. Dan tentu saja hanya dengan penerapan Islam sebagai aqidah dan syariat dalam mengatur kehidupan yang bakal menuntaskan berbagai problem masyarakat saat ini.[]
(Di-copy tanpa izin dari www.sholihin.multiply.com)

Ada Apa dengan Tradisi "Ultah"?


Buletin Studia
10 Mei 2002 - 10:39
Ada Apa dengan Tradisi "Ultah"?

Phuuuh! Lilin berbentuk angka 17 itu menyisakan asap tipis setelah ditiup Meta, sejurus kemudian terdengar gemuruh tepuk tangan tanda bahagia dari keluarga dan teman-temannya. Hari itu Meta genap berusia 17 tahun. Lagi lucu-lucunya, lagi lincah-lincahnya (kelinci kali…). Lagu "Happy Birthday" pun mengalun dengan jenis suara yang caur banget dari hadirin yang ikut menyaksikan pesta ultah Meta.

Terlihat mata Meta berbinar tanda suka. Dengan mengenakan gaun putih kayak Putri Salju, Meta menerima ucapan selamat dan kado dari teman-teman sekelasnya. Pestanya sendiri diadain di sebuah gedung pertemuan yang luasnya setengah lapangan sepakbola standar internasional. Walah, heboh bener ya?

Ultah, bagi Meta memiliki makna yang cukup dalam. Bukan saja karena berhasil menghirup udara sampai usia 17. Tapi sekaligus ingin menunjukkan bahwa dirinya pantas untuk dihargai dan dihormati. Maklum, penampilan dan gaya adalah nomor wahid bagi Meta. Dengan mengadakan pesta ultah, berarti emang doi pantas diperhitungkan. Siapa dulu dong bapaknya, ibunya, kakeknya, neneknya, lho….?

Sobat muda muslim, Meta dan juga teman remaja lainnya, rasanya udah biasa ngadain pesta ultah. Bahkan mungkin semacam "kewajiban" yang kudu dibayar tunai. Itu sebabnya, kadang ada remaja yang maksain kudu ngadain pesta ultah, meski isi koceknya terbilang cekak abis. Biar tekor asal kesohor. Begitu kira-kira prinsipnya.

Ngeliat faktanya begitu, nggak salah-salah amat dong kalo kita bilang bahwa pesta ultah udah jadi semacam gaya hidup. Budaya tersebut telah menjadi trademark kehidupan remaja gaul. Pokoknya, remaja yang nggak ngadain pesta ultah, siap dicap sebagai remaja kuper dalam komunitas seperti itu. Sayangnya, ternyata banyak remaja yang tak siap dibilang kuper dan kampungan. Walhasil, banyak banget yang tergoda untuk melangsungkan pesta ultah.

Acaranya bisa beragam memang. Tentu bergantung kepada isi kocek yang punya hajat. Bagi yang cekak atau boleh dibilang mau ngirit, cukup bikin tumpeng dan ngundang teman seperlunya. Berdoa, dan makan-makan.

Selain itu, tradisi yang nggak kalah heboh, yakni suka ada yang jail. Biasanya, kalo kebetulan tahu ada teman yang ulang tahun pada hari tersebut, mereka biasanya bikin kejutan. Apalagi kejutannya kalo bukan ngejailin yang berultah. Misalnya dengan melemparkan telor ke kepalanya, pake telor busuk lagi. Udah gitu, masih ditambah dengan taburan tepung terigu. Jadinya? Kayak mau manggung di Ketoprak Humor-nya Mas Timbul.

Hmm.. begitulah gaya sebagian teman remaja. Mereka menjadikan hari kelahirannya diperingati dengan amat istimewa. Meski pada praktiknya lebih ke arah hura-hura belaka. Oke deh, terlepas dari itu semua, kamu nyadar nggak sih dengan apa yang telah kamu lakukan dengan menjadikan budaya tersebut sebagai tradisi? Yup, baru kepikiran deh. Nah, pertanyaannya begini, "dari mana asal mulanya budaya ulang tahun itu?" Kamu perlu tahu sobat.

Impor dari EropaDalam catatan di Tabloid NOVA, 679/XIV, 4 Maret 2001, ternyata tradisi perayaan ulang tahun sudah ada di Eropa sejak berabad-abad silam. Orang-orang pada zaman itu percaya, jika seseorang berulang tahun, setan-setan berduyun-duyun mendatanginya. Nah, untuk melindunginya dari gangguan para makhluk jahat tersebut, keluarga dan kerabat pun diundang untuk menemani, sekaligus membacakan doa dan puji-pujian bagi yang berulang tahun. Pemberian kado atau bingkisan juga dipercaya akan menciptakan suasana gembira yang akan membuat para setan berpikir ulang ketika hendak mendatangi orang yang berulang tahun. Hmm.. ini memang warisan zaman kegelapan Eropa.

Sobat muda muslim, berdasarkan catatan tersebut, awalnya perayaan ulang tahun hanya diperuntukkan bagi para raja. Mungkin, karena itulah sampai sekarang di negara-negara Barat masih ada tradisi mengenakan mahkota dari kertas pada orang yang berulang tahun. Namun seiring dengan perubahan zaman, pesta ulang tahun juga dirayakan bagi orang biasa. Bahkan kini siapa saja bisa merayakan ulang tahun. Utamanya yang punya duit.

Kalo begitu, pesta ulang tahun itu bukan berasal dari ajaran Islam? Tepat sekali. Sebab, dalam Islam, tak pernah diajarkan untuk itu. Kalo pun kemudian ada teman remaja yang berargumen bahwa dengan diperingatinya Maulid Nabi, hal itu menjadi dalil kalo ulang tahun boleh juga dalam pandangan Islam. Wah, kamu jangan gegabah dulu dong. Hati-hati lho, jangan sampe apa yang kita lakukan justru dimurkai oleh Allah Swt. Naudzubillahi min dzalik.

Begini, mungkin sekilas kita coba ngejelasin kepada teman remaja yang berdalil demikian. Kamu tahu nggak sejarahnya perayaan Maulid Nabi? Well, yang pasti Rasulullah saw. sendiri tak pernah mengajarkan kepada kita melalui hadisnya. Nggak, nggak pernah. Dan jangan salah, Maulid Nabi, itu bukan untuk diperingati, tapi tadzkirah, alias peringatan. Maksudnya? Kalo kamu baca buku tarikh Islam, di situ ada catatan bahwa Sultan Sholahuddin al-Ayubi amat prihatin dengan kondisi umat Islam pada saat itu. Di mana bumi Palestina dirampas oleh Pasukan Salib Eropa. Sultan Sholahuddin menyadari bahwa umat ini lemah dan tidak berani melawan kekuatan Pasukan Salib Eropa yang berhasil menguasai Palestina, lebih karena mereka udah kena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati). Mereka bisa begitu karena mengabaikan salah satu ajaran Islam, yakni jihad. Bahkan ada di antara mereka yang nggak ngeh dengan perjuangan Rasulullah saw. dan para sahabatnya.

Nah, untuk menyadarkan kaum muslimin tentang pentingnya perjuangan, Sultan Shalahuddin menggagas ide tersebut, yakni tadzkirah terhadap Nabi, yang kemudian disebut-entah siapa yang memulainya-sebagai maulid nabi. Tujuan intinya mengenalkan kembali perjuangan Rasulullah dalam mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Singkat cerita, kaum muslimin saat itu sadar dengan kelemahannya dan mencoba bangkit. Karuan aja, berkobarlah semangat jihad dalam jiwa kaum muslimin, dan bumi Palestina pun kembali ke pangkuan Islam, tentu setelah mereka mempecundangi Pasukan Salib Eropa. Begitu, sobat. Jadi Maulid nabi bukan dalil dbolehkannya pesta ultah. Keliru itu.

Yup, kita kembali ke soal pesta ultah ini. Jadi tahu dong sekarang bahwa pesta ultah itu bukan warisan Islam. Tapi warisan asing, alias ajaran di luar Islam. Lalu gimana kalo kita melakukannya? Berdosakah?

Hati-hati!Nah, karena tradisi itu adalah tradisi orang-orang Eropa, yang saat itu berkembang ajaran Kristen, maka pesta ultah tentu saja merupakan tradisi kaum non-muslim. Kalo kita melakukannya? Dosa dong. Rasulullah saw. bersabda:"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka" [HR. Abu Dawud]

Dalam riwayat lain. Rasulullah saw. bersabda:"Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?" (HR. Bukhari Muslim).

Waduh, berarti selama ini kita… Tepat, kita melakukan tradisi yang bukan berasal dari Islam. Dan tentu saja haram. Berdosa. Aduh, jangan sampe deh dilakukan lagi. Sadar dong sadar. Bukan kita sok suci nasihatin kamu, tapi ini demi kebaikan kita semua, kaum muslimin.

Oya, mungkin ada pertanyaan begini, "bolehkah merayakan ulang tahun dalam arti berdoa atau mendoakan agar yang berulang tahun selamat, sehat, takwa, panjang umur, dan seterusnya. Semua itu dilakukan dengan cara dan isi doa yang syar'i, tanpa upacara tiup lilin dan sebagainya seperti cara Barat, lalu dilanjutkan acara makan-makan. Bolehkah?"

Begini sobat, berdoa dan makan-makan adalah halal. Tetapi bila dilakukan pada hari seseorang berulang tahun, maka akan terkena hukum haram ber-tasayabbuh bil kuffar. Jadi di sini akan bertemu hukum haram dan halal. Dalam kondisi seperti ini wajib diutamakan yang haram daripada yang halal sebab kaidah syara' menyebutkan: "Idza ijtama'a al halaalu wal haraamu, ghalaba al haramu al halaala". Artinya, "jika bertemu halal dan haram (pada satu keadaan) maka yang haram mengalahkan yang halal (Kitab as-Sulam, Abdul Hamid Hakim)

Dengan demikian, jika merayakan ultah diartikan sebagai "berdoa dan makan-makan", dan dilaksanakan pada hari ultah, hukumnya haram, sesuai kaidah syar'i di atas. Akan tetapi jika dilaksanakan bukan pada hari ultah, maka hukumnya--wallahu a'lam bi ash shawab-- menurut pemahaman kami adalah mubah secara syar'i. Sebab hal itu tidak termasuk tasyabbuh bil kuffar karena yang dilakukan pada faktanya adalah "berdoa plus makan-makan", yang mana keduanya adalah boleh secara syar'i. Lagi pula hal itu dilakukan tidak pada hari ultah sehingga di sini tidak terjadi pertemuan halal dan haram sebagaimana kalau acara tersebut dilaksanakan pada hari ultah. Wallahu a'lam.

Oke deh, kalo kamu udah ngeh soal yang satu ini, maka kamu kudu menghentikan kebiasaan dan mengubah pandangan kamu tentang perayaan ulang tahun. Sebab, udah jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Padahal, kita kudu berpegang hanya kepada Islam. Bukan kepada ajaran yang lain. Allah Swt. Berfirman: "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (TQS ali Imrân [3]: 85)

Terus yang terpenting, kamu juga jangan asal gabres aja, alias main seruduk. Mentang-mentang sesuai hawa nafsu kamu, sesuai selera nafsu kamu, main ikuti aja tradisi itu. Apalagi dengan anggapan biar disebut gaul dan modern. Nggak boleh sayang. Allah Swt. berfirman: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya." (TQS al-Isrâ' [17] : 36).

Rasullah saw. juga bersabda: Belum sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (al-Quran) (Hadis ke-41 dalam Hadits al-Arba'in karya Imam Nawawi)

Sobat muda muslim, sekarang tentu kamu jadi paham tentang masalah ultah ini. Udah jelas kan persoalannya? Yup, boleh dibilang, udah kentara perbedaan antara yang hitam dan yang putih. Nggak abu-abu lagi. Semoga saja kamu bener-bener paham.

Selain itu, apa cukup pantas kita menari di atas penderitaan orang lain. Masih banyak lho, saudara kita yang didera kemiskinan, jangan sampe kita menghamburkan duit. Untuk yang haram lagi. Wah, celaka dua belas ini mah!

Sobat muda muslim, ternyata kita selama ini terbiasa melakukan aktivitas yang justru bertentangan dengan Islam. Gaswat!Mari jadikan hidup ini lebih hidup. So, hanya dengan mengenal, mencintai, dan mengamalkan Islam dalam kehidupan, kita bisa menikmati hidup ini dengan benar dan baik. Insya Allah. Mulai sekarang, lho. Jangan ditunda-tunda lagi. Jadi, ngaji yuk?!
(Diambil tanpa izin dari www.dudung.net)

_____________________________Edisi 096/Tahun ke-3 (6 Mei 2002)Untuk berlangganan Offline kirim email ke redaksi@studia.i-p.com Atau telpon ke 08129565470 ( Oleh Sholihin ) Milis : buletin-studia@yahoogroups.com

Selamat Menempuh ‘Hidup Baru’



Buletin Studia
19 Juli 2006 - 15:47
Selamat Menempuh ‘Hidup Baru’
STUDIA Edisi 303/Tahun ke-7 (24 Juli 2006)

Lingkungan baru, temen-temen baru, atau guru-guru baru. Kondisi ini yang sering ambil bagian dalam balada para siswa baru saat menginjakkan kakinya di sekolah baru. (Hmm…jadi nostalgia deh. Inget waktu masih muda). Yup, memasuki lingkungan baru di sekolah emang punya daya tarik tersendiri. Ada yang bikin bahagia, tapi nggak sedikit juga yang bikin manyun. Ih sebel deh!

Yang bikin bahagia, apalagi kalo bukan petualangan menaklukkan lingkungan baru. Berusaha mencairkan kekakuan antara kita dengan orang-orang ‘aneh’ yang baru dilihat. Atau saat kita mulai mengkoleksi ‘benda-benda’ yang bikin kita tetep semangat untuk berangkat sekolah. Mulai dari temen deket, tempat ngeceng, jajanan favorit, guru favorit, lawan jenis favorit, kakak kelas favorit, sampe penjaga pintu gerbang favorit (biar bisa diizinin masuk kalo kesiangan). Seru kan?Yang bikin manyun, biasanya kita dianggap junior alias anak bawang yang udah dikutuk kudu ngikutin segala bentuk aturan tak tertulis dari para senior.

Hiks..hiks..hiks.. Terutama pas hari pertama jalanin masa-masa orientasi atau perkenalan. Bukannya karpet merah atau sambutan meriah yang kita dapet, malah seabrek tugas untuk membawa barang-barang aneh bin ajaib keesokan harinya. Bayangin aja, udah mah rambut di multi-kepang (kepang banyak) pake tali rapia, tas dari keresek item, kaos kaki bola, masih kudu bawa telor seperempat matang atau guling yang isinya benang. Kalo nggak cerdas, alamat kena hukuman tuh. Ampun dah!

Santai aja sobat, suka dan duka di sekolah baru, emang udah biasa. Yang nggak boleh dianggap biasa, saat kita bikin masalah atau malah jadi biang masalah di lingkungan baru. Kita bakal dianggap songong ama kakak kelas, dicemberutin temen seangkatan, dan yang lebih parah berurusan dengan pihak sekolah. Berat tuh tanggung jawabnya. Makanya mumpung masih jadi siswa baru, dari awal kita bikin kesan yang baik untuk semua. Biar pendidikan kita lancar dan yang penting nggak bikin ortu kecebong eh kecewa. Yuk?

Saatnya mencari bekalSobat, kisah petualangan kita selaku siswa baru di sekolah baru pastinya diawali saat masa orientasi yang unforgetable. Yup, sejak saat itu pelan-pelan tapi pasti, tanpa kita sadari otomatis kita ngumpulin ‘bekal’ buat jalanin hari-hari berikutnya. Emang, bekal apa sih yang doyan dikumpulin siswa baru?

Pertama, teman. Keberadaan seorang teman udah jadi kebutuhan primer buat kita dalam bergaul. Apalagi saat memasuki sekolah baru. Berburu teman pantes diagendakan di awal-awal sekolah. Selain bisa berbagi rasa, kecewa, atau bahagia, adanya teman juga bikin kita nggak sendiri dalam lingkungan yang belum dikenal. Meski penting punya teman, bukan berarti kita dapetinnya asal. Bukan berarti pula kita sampe perlu ngadain audisi untuk nyari teman. Ribet amat. Yang penting, kita punya temen selevel sahabat yang saling bantu baik materil maupun spirituil. Kayak Audi dan Nindi gitu deh. Ehm..

Kedua, tempat tinggal (buat yang nge-kost). Untuk pelajar atau mahasiswa yang dateng jauh-jauh dari luar kota, nyari tempat tinggal sementara buat nge-kost nggak bisa disepelein. Selain untuk menghemat ongkos, jadi anak kost punya keuntungan bisa belajar bareng dan lebih bersosialisasi dengan teman sebaya atau masyarakat luas. Nggak heran kalo di lingkungan kampus, aneka macam kost sudah tersedia. Dari yang murah meriah hingga yang mewah dengan fasilitas serba wah. Sesuaikan aja dengan kocek ortu.

Ketiga, kakak kelas. Sebagai senior, kakak kelas yang udah duluan makan asam garam (nggak ada kerjaan ya pake makanin asem ama garem segala) di sekolah pasti punya segudang pengalaman berharga. Pengalaman suka-duka mereka bisa bantu kita lebih siap menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Syukur-syukur nggak cuman pengalaman yang mereka wariskan, tapi juga buku pelajaran yang masih bisa dipake. Lumayan dari pada beli. Seperti kata tukang loak, biar bekas yang penting berkualitas. Makanya, punya kenalan kakak kelas itu penting. Tinggal pandai-pandai kitanya aja nempatin diri di hadapan senior. Nggak pake SKSD (sok kenal sok deket) atau cuek bebek. Yang wajar-wajar aja lah. Ekoy, eh, okey?

Keempat, kegiatan. Setiap sekolah pasti punya kegiatan ekstra kurikuler sebagai media penyaluran bakat seni, olahraga, intelektual, atau agama bagi para siswanya. Nggak ada salahnya kalo kita ambil salah satu. Siapa tahu bisa menggali bakat kita yang terpendam. Plusnya lagi, para penghuni eks. skul biasanya nggak bikin gap meski beda generasi dan latar belakang. Temen beda kelas, kakak kelas, alumni, sampe guru semuanya berbaur. Itu artinya kita bakal punya lebih banyak temen dan kenalan. Asyik dong?

Ngumpulin bekal yang asyikSobat, daftar perbekalan yang kita kumpulin untuk ngadepin situasi kondisi di lingkungan sekolah baru selalu punya dua kencenderungan. Baik dan buruk. Tergantung bekal seperti apa yang kita pilih. Itu sebabnya, kita kudu hati-hati bin selektif dalam memilihnya. Bukannya pilih kasih, cuma jaga-jaga aja. Kalo salah pilih, bukannya membantu malah menjerumuskan kita. Berabe banget kan?

Pertama, teman. Untuk urusan temen, Rasulullah saw. mengingatkan kita dalam sabdanya: “orang itu mengikuti agama teman dekatnya, karena itu perhatikanlah dengan siapa ia berteman dekat” (HR. Tirmidzi)

Teman yang baik akan memberikan pengaruh yang baik buat kita. Dalam belajar, bergaul, atau menghadapi masalah. Sehingga kita merasa nyaman bersamanya tanpa khawatir melupakan kewajiban belajar atau beribadah pada Allah Swt. Itu berarti teman yang baik nggak sungkan untuk saling menasihati dan mengingatkan di saat khilaf. Figur teman yang baik model gini lahir dari ketaatannya pada Allah dan RasulNya. So, carilah teman yang bisa ngajak kita untuk taat, bukan bermaksiat. Kalo soal penampilan, itu mah selera masing-masing. Silahkan aja pilih yang borju, gaul, sporty, tawadhu, funky, atau nyantri, yang penting takwa. Yuk!

Kedua, tempat tinggal. Selain teman, lingkungan sekitar juga punya pengaruh yang kuat dalam membentuk watak dan karakter kita. Abu Musa meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “perumpamaan tentang teman duduk yang shalih dan teman duduk yang buruk adalah ibarat penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Maka dari penjual minyak wangi kalian bisa mendapatkan minyak wangi atau mencium keharumannya, sedangkan dari tukang pandai besi kalian bisa terjilat api yang membakar pakaian atau kalian akan terkena asapnya. (HR Bukhari)

Saran kita carilah tempat tinggal/kost-an yang nyaman untuk belajar; kondusif dalam membentuk kebiasaan baik (good habit) kita sehari-hari; mengajarkan kita untuk mandiri dan disiplin; mendorong diri kita untuk lebih dekat dengan Allah Swt. Seperti bangun tidur on time untuk shalat shubuh, berolahraga, menjaga kebersihan kost-an, ada waktu untuk mencairkan sikap ego bin individualis antar penghuni, dan yang terpenting ada kegiatan keagamaan yang membantu kita mengenal Islam lebih dalam. Hmm...indahnya....

Ketiga, kakak kelas. Menjaga hubungan baik dengan kakak kelas bukan semata-mata jadi kambing congek yang melulu dengerin pengalamannya, pengen jadi ahli waris buku pelajarannya atau malah nyari ‘beking’ (pelindung) lho. Walaupun ada oknum kakak kelas yang jutek, sok kuasa, atau gila hormat, kita tetep menghormatinya sebagai senior yang udah duluan menghuni sekolah. Jadi hubungan baik dengan mereka lantaran kita satu keluarga besar dalam sekolah yang sama.

Di sisi lain, kita boleh aja deket (bukan pacaran lho) dengan kakak kelas sejenis (cowok-cowok atau cewek-cewek). Karena secara pribadi mereka bisa kita jadikan panutan. Untuk urusan ini, baiknya kita dekat dengan senior yang punya track record bagus. Baik dari sisi prestasi akademis maupun perilaku. Agar bisa ngasih pengaruh yang baik juga buat kita.

Keempat, kegiatan. Untuk yang satu ini, kita sarankan carilah komunitas pengajian sebagai kegiatan utama. Bukan apa-apa, karena kegiatan ini yang paling besar manfaatnya buat kebaikan kita di dunia dan akhirat. Di tempat ini, kita bisa bersama-sama belajar mengenal Islam lebih dalam. Sama-sama membangun benteng akidah yang akan menjaga diri kita dari pengaruh buruk lingkungan. Dan yang terpenting, kita termotivasi untuk melatih diri agar menjadi orang yang bermanfaat untuk keluarga, lingkungan, dan umat. Siip kan?

Kenalilah diri kitaSobat, status junior bukanlah aib yang kudu dibenci. Apalagi sampe punya niat untuk balas dendam kalo udah jadi senior. Idih, nggak lah yauw!Makanya nggak usah pake minder atau ngerasa rendah diri cuma lantaran status kita junior. Justru kita kudu bersyukur. Soalnya, sebagai pendatang baru yang belum banyak tahu biasanya punya rasa ingin tahu yang gede. Rasa penasaran ini bisa jadi modal buat kita untuk menimba ilmu. PDOD alias percaya diri over dosis tanya sana-sini-situ ama guru, kakak kelas, satpam, tukang bersih-bersih sekolah, atau para penjual di kantin. Ujung-ujungnya kita punya kenalan banyak dan punya banyak info tentang lingkungan baru kita. Asyik kan? Yuuk!

Dan yang kita nggak boleh lupa, suatu saat kita akan dapat giliran menggantikan orangtua yang udah waktunya turun tahta. Itu berarti keberadaan kita sekarang akan melanjutkan kehidupan di masa depan. Untuk diri kita, lingkungan, masyarakat, maupun umat. Tolong dicatat ye.
Itu sebabnya, mumpung kita masih muda, galilah ilmu di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Hiasilah hari-hari kita dengan mengulang pelajaran sekolah, membaca buku/bacaan yang bermanfaat, atau nonton berita untuk mengetahui kondisi saudara-saudara kita di belahan dunia lain. Bergeraklah. Jangan biarkan diri kita seperti air yang menggenang yang akan berbau busuk dan menjadi sarang penyakit. Jadilah air yang mengalir yang akan memberikan manfaat pada setiap jalan yang dilaluinya.

Kembangkanlah potensi yang kita miliki untuk kebaikan, kemaslahatan orang lain, dan dakwah Islam. Jangan biarkan kita tergoda untuk mencicipi jalan pintas meraih popularitas melalui ajang pencarian bakat seperti yang kini marak tayang di televisi. Jauhkanlah bayangan bahwa semua kesuksesan akan mendatangkan keuntungan materiil yang melimpah di atas piring emas. Yang ada, justru kemenangan terburuk akan kita peroleh jika selalu dan hanya mengukur kesuksesan dengan keuntungan duniawi. Berlombalah mendapatkan kemenangan terbaik ketika ridha Allah selalu menyertai setiap perilaku kita.

Terakhir, mari kita sama-sama menjadi pengemban dakwah Islam yang handal. Generasi muda yang rindu surgaNya. Sebagaimana tercermin pada sosok pemuda pahlawan Islam seperti Thariq bin Ziyad yang menaklukkan Spanyol atau Muhammad al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel (Istambul). Nah, kalo nggak sekarang, kapan lagi, coba? Selamat menempuh ‘hidup baru’! [Hafidz: hafidz341@telkom.net]
(Di-copy tanpa izin dari www.dudung.net)

Feminist yang Aneh…


Aneh. Menggelikan. Itulah dua kata yang cukup mewakili pendapat saya tentang pemikiran kaum feminist. Bagaimana tidak? Mereka mengaku membela perempuan, tapi kenyataannya mereka malah menempatkan perempuan pada posisi yang lemah. Mereka mengaku ingin meningkatkan harkat dan martabat perempuan. Tapi kenyataannya mereka justru merendahkan perempuan. Mereka mengaku melindungi perempuan, tapi kenyataannya mereka malah mendorongnya pada bahaya yang terus mengintai.

Mereka menentang habis – habisan kewajiban berjilbab dan menutup aurat bagi perempuan yang telah terbukti melindungi perempuan dari keusilan tangan – tangan jahil lelaki tak beriman tetapi pakaian jahiliah yang membahayakan didukung. Bukankah kalau kita mau jujur terjadinya kasus pelecehan seksual selain karena kebejatan si lelaki juga lebih dikarenakan kaum perempuannya yang membuka peluang untuk dilecehkan dengan berpenampilan ala masyarakat jahiliyah? Marilah kita lihat, berapa besar persentase pemerkosaan dan pelecehan seksual lainnya yang dilakukan pada wanita tanpa jilbab yang auratnya terumbar dengan pemerkosaan dan pelecehan seksual lainnya yang dilakukan pada perempuan berjilbab dan tertutup auratnya. Mana ada lelaki yang mengganggu perempuan yang auratnya tertutup rapat dengan jilbab lengkap dengan kerudungnya?! Lalu masihkah kaum feminist itu meragukan keampuhan jilbab dalam melindungi perempuan?

Kaum feminist itu juga menentang jilbab dengan dalih jilbab hanya membatasi ruang gerak wanita. Katanya perempuan berjilbab tidak bebas bergerak, tidak cekatan, ribet, dan tidak praktis. Bagi orang yang belum berjilbab atau bagi wanita belum sempurna menutup auratnya, mungkin akan membenarkan perkataan itu. Tapi benarkah jilbab membatasi ruang gerak perempuan? Jika yang dimaksud adalah membatasinya dalam beraktivitas “normal” di ruang publik, maka jawabnya adalah TIDAK. Saya berjilbab (kecuali selama KBM saya terpaksa tetap mengenakan kemeja dan rok panjang karena sekolah belum menerima jilbab), dan saya tetap bisa melakukan aktivitas keseharian saya dengan nyaman. Saya tetap bisa aktif di berbagai kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Dan juga lihatlah betapa banyak saudari kita yang berjilbab sempurna tetapi bisa terus aktif dalam berbagai lapangan kehidupan! Tapi kalau yang dimaksud adalah jilbab menghalangi pemakainya dari berkunjung ke tempat – tempat “berbahaya” seperti diskotek, bar, pub malam, panti pijat mesum, dll, maka jawabnya adalah BENAR. Dan itulah salah satu fungsi jilbab! Melndungi pemakainya dari tempat – tempat dan aktivitas yang membahayakan keimanannya kepada sang Pencipta.

Mereka menentang syariat Islam dengan tuduhan Islam menempatkan perempuan pada posisi di bawah laki – laki. Mereka menuduh syariat Islam yang mengharuskan seorang perempuan untuk memperoleh izin dari suami atau walinya ketika keluar rumah sebagai bentuk pengekangan terhadap perempuan atau bahkan sebagai bentuk superioritas laki-laki terhadap perempuan. Padahal sebenarnya justru itulah bentuk perlindungan terhadap perempuan. Ingatlah, perempuan itu fitrahnya lemah sehingga membutuhkan perlindungan laki-laki yang secara fisik umumnya lebih kuat. Lantas bagaimana mungkin suami atau wali dapat melindungi kami (perempuan) jika kami tidak meminta izin kepadanya ketika keluar rumah. Dari mana mereka mengetahui keberadaan kami? Mereka menentang Islam dalam point ini tetapi anehnya mereka malah mendiamkan bahkan mendukung eksploitasi terhadap perempuan. Mereka mendiamkan—bahkan sekali lagi MENDUKUNG—aneka kontes pamer aurat perempuan. Seperti kita ketahui kaum feminist tak pernah memprotes keberadaan kontes kecantikan yang menempatkan perempuan sebagai object yang dinilai bagaikan benda mati—atau mungkin lebih tepatnya dinilai bagaikan binatang!—oleh para juri yang umumnya adalah lelaki berpikiran kotor. Para kontestan itu tidak dinilai layaknya seorang manusia. Bagaimana bisa dikatakan bahwa mereka dinilai sebagai seorang manusia jika yang menjadi criteria penilaian hanya berkisar pada kecantikan wajah, kemulusan kulit, lingkar pinggang, lingkar dada, kemilaunya rambut, kegemulaian gerakan, merdunya suara dan berbagai criteria fisik lainnya? Mari kita bandingkan semua criteria tersebut dangan criteria ketika kita menilai seekor merak, kupu-kupu, kucing, atau burung. Bukankah kita juga hanya akan melihat pada kehalusan bulu, keindahan warna sayap, kelincahan geraknya, atau kemerduan suaranya? Jika criteria ini diterapkan untuk menilai binatang, itu wajar karena memang binatang tak punya akal sehingga tak memungkinkan kita menilai kecerdasan atau keluhuran moralnya. Tapi kami (perempuan)? Kami manusia! Kami punya akal, kami juga punya budi! Kenapa bukan kecerdasan dan keluhuran budi kami yang dinilai? Bukankah yang membedakan manusia dan binatang hanyalah akal dan budi? Bukankah secara fisik (biologis), antara manusia dan binatang punya banyak kemiripan?

Lalu para feminist juga tak pernah mempermasalahkan industri yang “memperdagangkan” perempuan. Bukankah kalau kita mau jujur ada begitu banyak industri di dunia (bahkan negeri ini) yang memperdagangkan perempuan? Lokalisasi (baca:tempat perzinaan yang dilegalisasi) adalah contoh paling nyata. Pernahkah terdengar kaum feminist menuntut pembubaran lokalisasi? Juga bukankah para model (catwalk maupun foto model) pada hakikatnya juga merupakan perempuan – perempuan yang dieksploitasi? Kemolekan tubuh mereka secara bebas dinikmati oleh mata – mata jalang lelaki demi mendulang uang. Memang para perempuan tersebut mendapatkan materi dalam jumlah yang lumayan banyak—itu pun sebenarnya tak sebanding dengan apa yang telah hilang dari diri mereka: harga diri, rasa malu dan kehormatan!—tapi, siapakah yang mendapatkan keuntungan materiil yang jauh lebih besar? Ya, para pemilik modal industri – industri tersbut! Mereka “menjual” kami (perempuan) demi kesenangan mereka. Lalu pernahkah kita dengar kaum feminist memprotes semua ini? Sekali lagi: TIDAK! Mereka bahkan mendukungnya! Jadi, manakah sebenarnya yang kaum feminist bela? Perempuan atau justru para peninda perempuan? Siapakah yang sebenarnya merendahkan perempuan? Islam dengan syariatnya yang mendetil atau para kapitalis biadab yang telah mengeksploitasi perempuan dengan iming – iming secuil materi?

Saudaraku, percayalah hanya Islam yang benar – benar melindungi perempuan! Bahkan tak hanya perempuan, Islam pun melindungi lelaki, juga seluruh makhluk. Hnya Islam yang diterapkan sebagai aturan hidup yang menyeluruhlah yang dapat melindungi kita semua. Hanya Islam yang dijadikan sumber hukumlah yang mampu memberikan kemaslahatan bagi seluruh alam karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Islam rahmat bagi seluruh alam (seluruh alam, bukan hanya manusia!). Karena Islam diturunkan oleh Sang Pencipta Alam ini, Yang Maha Mengetahui makhlukNYA. Maka, marilah kita sama – sama perjuangkan Islam agar dapat diterapkan atas seluruh manusia! Mari kita berjuang menegakkan aturan hidup yang akan menenteramkan kita semua!

Tuesday, July 18, 2006
04.55 p.m.

Yang Mendamba Kebangkitan Islam
Neila Zahra

Sunday, July 16, 2006

AS-ISRAEL: TERORIS SEJATI!


Buletin al-Islam Edisi 313

Dua pekan lebih Israel telah meratakan dengan tanah bangunan-bangunan di Gaza City, Palestina; bukan hanya dengan alat berat namun juga dengan 'hujan' bom. Akibatnya, bukan hanya luluh-lantaknya bangunan yang ada, tetapi juga terbunuhnya ratusan orang dan terlukanya ratusan yang lain; tak peduli tua atau muda, laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa. Belum lagi ratusan yang lainnya yang menderita karena kelaparan serta terserang penyakit akibat sanitasi yang buruk dan kehidupan yang tidak layak karena ketidakketersediaan bahan makanan, minuman dan obat-obatan. Penderitaan semakin 'menyeruak' tatkala fasilitas umum di kamp-kamp pengungsian, seperti pembangkit tenaga listrik dan pengolahan air bersih, juga dihancurkan oleh pasukan Israel. Kondisi ini menyebabkan kamp pengungsian berubah menjadi kawasan 'penjagalan' secara sistematis. Secara perlahan-lahan warga Palestina dipaksa tinggal di daerah terisolasi; di kamp tersebut tidak tersedia bahan makanan, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya. Jelas ini adalah upaya 'pembunuhan' terorganisasi.

Walau beban penderitaan rakyat Palestina sudah dilihat dengan jelas, hal itu seolah belum memuaskan Israel. Israel tidak mengurangi atau apalagi menghentikan serangannya yang membabi-buta. Israel justru semakin meningkatkan serangannnya. Dengan 'pongah' pemerintah Israel melanjutkan dan meningkatkan serangannya dari serangan darat ke serangan udara dan artileri terhadap Palestina.

Serangan-serangan yang ada 'kelihatannya' bukan ditujukan kepada para mujahidin, namun lebih ditujukan kepada penduduk sipil. Sebagai misal, sebuah rudal ditembakkan militer Israel ke sebuah kendaraan yang mengangkut anggota kelompok Hamas di Rafah, Gaza Selatan. Namun, tembakan rudal itu meleset dan malah menewaskan seorang pejalan kaki. Tiga warga sipil juga cedera akibat serangan ini. Demikian juga di pemukiman Haijaiyah. Suasana duka mewarnai keluarga Amna Hajaj setelah rudal Israel menghantam rumah mereka. Amna bersama dua anaknya tewas akibat insiden tragis ini. Menurut keluarga korban yang selamat, saat kejadian mereka tengah berkumpul bersama di halaman belakang rumah sambil minum teh dan menyantap jagung. Namun, tiba-tiba rudal Israel menghantam dinding rumah mereka. Sang ibu langsung bertindak sebagai tameng untuk melindungi anak-anaknya sehingga tewas di tempat kejadian. Dalam 12 hari terakhir ini, yang tercatat sedikitnya 51 warga Palestina tewas dan 180 warga lainnya cedera. (Liputan6.com, 07/07/2006).

Selain itu, pasukan Israel menyatakan telah menewaskan hampir 40 pejuang Palestina sejak dilancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza pekan lalu. Selain menghancurkan insfrastruktur yang ada, serdadu Israel juga menangkap dan memenjarakan pejabat-pejabat Palestina. Hampir setengah personil pejabat Palestina ditangkap. Ini jelas membawa konsekuensi tersendiri. Selain mengakibatkan kekosongan kekuasaan di Palestina yang menyebabkan tidak berjalannya roda pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, juga lumpuhnya struktur pemerintahan sebagai tanda akan eksistensi sebuah negara. Jelas ini adalah hal yang sangat membahayakan Palestina.

Alasan yang Mengada-ada

Hal yang cukup membingungkan adalah 'alasan' penyerangan Israel atas Palestina. Para pejabat Israel menyatakan bahwa mereka melakukan semua ini sebagai bentuk pembelaan diri dan perlindungan atas serdadunya (Kopral Gilad Shalid) yang ditangkap oleh pejuang Palestina. Mereka juga 'mencap' bahwa pejuang Palestina adalah teroris yang layak untuk disirnakan. "Kami tidak akan melakukan negosiasi dengan teroris. Mereka harus lebih dulu mengembalikan tentara Israel yang diculik dan menghentikan serangan mereka," tegas pejabat di kantor Perdana Menteri Ehud Olmert. Padahal jelas bahwa pejuang Palestina melakukan semua itu karena tindak kesewenang-wenangan yang terlebih dulu dilakukan oleh Israel. Sudah sejak lama rakyat Palestina ditekan dan dibantai di tanah mereka sendiri. Aksi mereka adalah reaksi atas kezaliman yang mereka terima dari Israel. Jelas bahwa ini adalah alasan yang mengada-ada.

Selain itu, Israel juga menyatakan bahwa mereka melakukan penyerangan guna mencari bahan peledak yang dipakai oleh para mujahidin. "Pasukan dalam jumlah terbatas telah memasuki wilayah utara Jalur Gaza untuk melakukan pencarian bahan peledak dan terowongan yang digunakan militan untuk memasuki Israel," kata seorang sumber militer Israel kepada AFP, Senin (10/7). Alasan mencari peledak jelas juga alasan mengada-ada. Sebab, sejatinya Israellah yang justru mempunyai bahan peledak yang jauh lebih canggih dan mematikan. Adapun pejuang Palestina membuat peledak sebagai bentuk pertahanan diri, bukan ekspansi, menyerang tanah atau negeri orang lain. Walhasil, alasan-alasan di atas hanyalah untuk melegalkan tindakan yang dilakukan. Tidak lebih dari itu. Sebab, pada kenyataannya alasan-alasan yang digunakan jauh dari kebenaran dan realitas.

Campur Tangan AS

Jelas, tatkala mengamati persoalan Palestina dan Israel, kita tidak bisa menutup diri dengan adanya campur tangan asing (baca: AS) dalam konflik tersebut. Sejak dulu AS senantiasa menveto setiap resolusi DK PBB yang akan memaksa Israel keluar dari Palestina. Selain itu, lembaga-lemabag internasional di bawah PBB juga tidak pernah memberikan reaksi signifikan jika ada permasalahan terkait dengan Israel. Sekarang pun Gedung Putih dan Uni Eropa kembali bungkam atas agresi Israel itu. Mereka tetap menuntut agar Shalit dibebaskan sembari memohon Israel menghentikan aksinya. ''Menjadi tanggung jawab Hamas untuk mengembalikan serdadu Israel. Kita juga telah menganjurkan Israel mengendalikan diri,'' kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Tony Snow. (Republika, 10/07/2006).

Amerika Serikat (AS) dan Prancis, dua negara pemegang hak veto di Dewan Keamanan (DK) PBB, tanpa ampun mengandaskan draf resolusi yang diajukan ke-57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). Resolusi yang secara resmi diajukan Qatar itu memang mengecam serangan brutal Israel, sekutu dekat kedua negara itu atas Palestina.

Terhadap sikap kedua tersebut, Menteri Luar Negeri Malaysia, Syed Hamid Albar, menyatakan penyesalan dan rasa kecewanya. Menurut Hamid Albar, sikap kedua negara pemegang veto itu dengan jelas menunjukkan adanya perlakuan khusus negara-negara Barat terhadap Israel. "Israel adalah anak emas komunitas internasional. Israel tak dapat disentuh, meski melanggar hukum internasional dengan menyerang wilayah dan mengancam keamanan warga sipil Palestina," kata Hamid Albar.

Pekan lalu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri, Desra Percaya, mengatakan, sukar untuk menutupi bahwa selama ini DK PBB selalu bersikap diskriminatif jika terkait dengan masalah Israel, tidak kecuali sikap lembaga itu terhadap serangan Israel baru-baru ini. "Kita tahu siapa yang duduk sebagai anggota tetap DK PBB yang memiliki hak veto. Kita semua tahu, siapa yang berkuasa di lembaga itu," kata Desra.

Secara spesifik, Presiden Bush mengatakan, Israel memiliki hak untuk membela diri-setelah pasukan Israel melancarkan serbuan ke Gaza. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan juga mengatakan dapat mengerti jika Israel ingin mengejar mereka yang menculik salah seorang prajuritnya, tetapi itu haruslah dilakukan tanpa membuat penduduk sipil menderita. (Voanews, 29/06/2006).

Untuk Membidik Islam

Dari paparan di atas jelas bahwa apa yang dilakukan oleh Israel atas 'dukungan' negara-negara Barat dan AS sejatinya adalah untuk membidik Islam semata. Barat dan AS hanya bereaksi 'lemah' terhadap pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap kaum Muslim Palestina, tetapi mereka bereaksi sangat keras terhadap Irak ketika dulu mencoba menginvasi Kuwait. Barat dan AS seperti 'tidak berdaya' untuk mengekang Israel jika dibandingkan dengan sikapnya yang tegas dan keras terhadap aktivis yang hanya diduga terlibat terorisme. Semua ini menunjukkan Barat dan AS sedang membidik Islam dan kaum Muslim.

Hamas, Fatah dan faksi-faksi Islam yang ada di Palestina adalah hanya 'simbol' bidikan saja. AS dan Barat sejatinya tidak ingin jika Islam berkuasa dan menjelma menjadi sebuah kekuatan yang eksis berupa sebuah institusi negara-betapapun dengan segala keterbatasan yang ada-walaupun untuk mewujudkannya ditempuh cara-cara demokratis. Ini juga menunjukkan bahwa HAM hanyalah untuk kepentingan Barat saja. Jika Islam 'diuntungkan' oleh sistem demokrasi maka tidak ada toleransi; harus diberangus. Tengok juga apa yang terjadi di Aljazair dan Mesir. Semua itu menunjukkan bahwa HAM hanyalah sebuah slogan untuk kepentingan Barat saja, bukan untuk kemajuan Islam. Telah jelas firman Allah SWT:Mereka (musuh-musuh Islam, yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani) tidak akan pernah sekali-kali rela kepadamu sampai kamu mengikuti agama (ideologi) mereka. (QS al-Baqarah [2]: 120).

Wahai Kaum Muslim:

Persoalan Palestina bukanlah semata persoalan intifadhah dan perjuangan membela tanah air semata. Namun, lebih dari itu, ia merupakan pertarungan menyangkut al-qadhiyah al-masîriyah (persoalan yang sangat peting). Di sanalah sejatinya terjadi pertarungan antara kaum kafir dan Islam yang tidak berimbang. Darah kaum Muslim ditumpahkan. Kemuliaan Islam dan kehormatan dipertaruhkan. Musuh-musuh Islam bersatu-padu dan bahu-membahu mencabik-cabik kaum Muslim di Palestina.

Walhasil, persoalan Palestina adalah persoalan politik yang harus diselesaikan secara tuntas dengan kekuatan politik, yaitu dengan kekuatan politik yang berupa Daulah Khilafah. Khilafahlah yang akan mampu mengakhiri penderitaan kaum Muslim di Palestina. Sebab, hanya Khilafahlah yang akan sanggup mengkoordinasi para prajurit kaum Muslim berangkat ke Palestina mengusir Israel dan mempecundangi Barat dan AS. Hanya Khilafahlah yang akan melakukan tekanan politik, embargo ekonomi dan penyerangan secara langsung terhadap pihak-pihak yang menzalimi kaum Muslim.

Namun demikian, saat ini, ketika Khilafah belum lagi berdiri, para penguasa di negeri-negeri Islam sudah seharusnya, bahkan wajib mengirim pasukan-pasukannya dari kaum Muslim untuk mengusir Israel. Jangan hanya berdiam diri dan mencukupkan diri hanya dengan mengecam. Saksikanlah bahwa kekejaman telah terjadi. Wahai, kaum Muslim, bantulah dengan apa saja yang Anda sanggupi, baik dengan tenaga, pikiran hingga harta-benda. Sungguh setetes air dan seperak uang sangatlah berguna bagi saudara kita.

Terakhir, marilah kita bersama-sama bahu-membahu dan berlomba-lomba menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah. Sebab, hanya dengan inilah darah dan kehormatan kaum Muslim dapat dijaga dengan sebaik-baiknya. Semoga kita termasuk orang-orang yang menjadi pembela Islam dan umatnya. Amin. []

Komentar al-Islam:
Israel Abaikan Kecaman Dunia. (Republika, 11/7/2006).Karena tak cukup hanya mengecam, kejahatan Israel harus dihentikan. Hanya khilafahlah yang bisa!

Miss Universe Versi Asli

Buletin Studia 13 Juli 2006 - 14:24
Miss Universe Versi Asli
STUDIA Edisi 302/Tahun ke-7 (17 Juli 2006)

Setelah gelaran World Cup 2006 di Jerman, perhatian penduduk dunia mulai beralih ke pesta tingkat dunia lainnya yaitu kontes Miss Universe 2006 di Amerika Serikat. Sebanyak 85 perempuan dunia wakil dari negaranya masing-masing berkumpul untuk sebuah gelar kecantikan. Masing-masing peserta akan unjuk kebolehan dalam 3 B yaitu Brain, Beauty and Behaviour. Tapi dengar-dengar ada satu B lagi yang ditambahkan yaitu Brave.
Jelas aja semua kontestan pada kepingin bisa menyabet gelar bergengsi sebagai Miss Universe. Selain ketenaran yang bakal diperoleh, materi berlimpah yang akan mengucur seiring kemenangan, juga pasti tak terelakkan. Apalagi beberapa media nasional di masing-masing negara memberi porsi yang cukup lumayan untuk mengeksposnya, tak terkecuali di negeri si Komo ini. Jadilah, ia santapan masyarakat kita selama dua minggu sejak karantina hingga malam Grand final.
Tapi kenapa sih, bahasan ini selalu saja disuguhkan STUDIA setiap tahunnya? Ini tak lain dan tak bukan karena kami peduli dan khawatir terhadap perkembangan remaja putri di Indonesia. Cewek seusia kamu banyak yang mengidolakan untuk jadi kaya mendadak melalui kontes sejenis tanpa mengindahkan ada apa sebetulnya di balik semua gemerlap penyelenggaraan Miss Universe. Yuk kita preteli satu demi satu biar kita waspada terhadap kontes beginian.
Di balik 4 BBrain, Beauty, and Behaviour yang sekarang ditambah dengan Brave, sebetulnya adalah slogan pemanis untuk eksploitasi perempuan. Kalo memang Brain yang dijadikan tolok ukur, seharusnya pelajar-pelajar putri berprestasi dalam bidang Olimpiade Fisika atau Matematika tingkat dunia lebih pantas menyandang gelar Miss Universe daripada mereka yang tampil lenggak-lenggok di atas catwalk itu. Tapi apa faktanya? Ternyata tubuh ramping dengan tinggi badan tertentu lebih menjadi persyaratan utama. Padahal banyak juga di antara para kontestan itu yang ternyata nggak bisa bahasa Inggris. Padahal itu bahasa komunikasi Internasional saat ini.
Beauty is in the eye of the beholder. Kecantikan itu tergantung siapa yang melihat. Standard cantik antara satu orang dengan yang lain tidak selalu sama. Bagi orang negro, cewek hitam manis adalah cantik. Bagi orang bule, cewek berambut kayak rambut jagung alias blonde disebut cantik. Bagi ortumu, kamu adalah cewek tarcantik di seluruh dunia. Bagi ayahmu, ibumu adalah perempuan teranggun yang pernah ditemuinya. Begitu juga dengan cewek tetangga sebelah yang menurut ibunya, ia pasti cakep banget.
Peribahasa di atas sangat nggak konsisten kalo dikaitkan dengan ajang miss-miss-an ini. Belum lagi bahwa beauty alias kecantikan adalah sesuatu yang sudah given dari sononya alias takdir. Kamu nggak bisa memilih untuk dilahirkan mempunyai hidung mancung, mata indah bak bola ping pong, dagu belah yang seksi, dan tubuh ramping laksana papan penggilesan. Beauty dari segi ini betul-betul ajang diskriminasi untuk perempuan-perempuan yang tidak sesuai kriteria di atas. Kalo pun ada yang berkilah inner beauty, ah...itu kan cuma lip service aja. Toh ketika disuruh menjelaskan maknanya sering banget jaka sembung alias nggak nyambung.
Behaviour. Perilaku seseorang dinilai selama 2 minggu masa karantina saja. Keramahan, sikapnya terhadap sesama teman kontestan lain, kelembutan dll. Padahal perilaku adalah sebuah pola sikap yang muncul dari kepribadian seseorang yang didapat dari sebuah kebiasaan yang ditanamkan secara terus menerus. Ia tidak cuma berupa cara duduk bagaimana meletakkan kaki, bagaimana posisi tangan dan bahu. Bila ini yang dinilai maka sungguh naif sekali.
Dalam kontes kecantikan ini, perilaku seseorang ditentukan hanya dalam waktu 2 minggu. Padahal bagi seseorang yang pintar acting, bukan hal sulit baginya untuk menampilkan perilaku seanggun putri salju dalam rentang waktu sesingkat itu. Mengenai gimana perilakunya di luar setelah mahkota impian diraih, itu urusan belakangan. Toh, persyaratan akan larangan berpose vulgar (bugil) bagi para kontestan, juga hanya tinggal peraturan. Mungkin dalam benak mereka sama seperti yang ada dalam mayoritas benak aparat di Indonesia, peraturan ada untuk dilanggar (watau...gawat juga ternyata).
Brave adalah sebuah tambahan yang pernah dicetuskan oleh Artika Sari Devi ketika pengirimannya ke ajang kontes ini menuai banyak kecaman. Menurutnya menjadi wakil Miss Universe dari Indonesia membutuhkan keberanian akibat kontroversinya yang masih mewarnai di tanah air. Sorotan paling tajam adalah adanya persyaratan wajib mengenakan baju renang baik one piece atau two pieces alias bikini.
Biasanya para duta pamer aurat ini berkilah dengan memakai yang jenis one piece dengan alasan lebih sopan daripada yang bikini. Brave ini dibutuhkan bukan karena urat malunya sudah putus dengan pamer aurat di depan umum, tapi lebih kepada berani karena melawan suara-suara yang kontra. Bahkan tak jarang bagi kontestan yang kebetulan Muslim, mereka menyebut kejadian seperti ini sebagai ujian dari Allah. Walah?
Miss Universe yang sedang berlangsung saat ini adalah palsu. Karena ia menampilkan sosok yang tidak mewakili perempuan secara sebenarnya. Sebaliknya, Miss Universe yang saat ini diperebutkan gelarnya adalah sarana eksploitasi perempuan berkedok 4 B semu. Brain, beauty, behaviour dan brave cuma alat untuk menutupi pemilihan dengan kriteria sesungguhnya yaitu beauty yang bermakna fisik. Mulai ujung rambut hingga ujung kaki, semua diukur dengan kalkulasi pelecehan terhadap harga diri perempuan. Seberapa bagus leher perempuan hingga seberapa jenjang kaki perempuan bahkan sampai ke ukuran (maaf) bra dan celana dalam, semuanya dinilai, diukur dan menjadi konsumsi juri dan publik. Sehingga bukan hal aneh bila salah satu syarat wajib yang harus diikuti adalah tampil dengan memakai baju renang baik one piece atau two pieces alias bikini yang cuma digunakan untuk menutupi daerah vital perempuan.
Miss Universe sebenarnyaBila kriteria Miss Universe seperti yang diuraikan di atas, duh....sempit banget kan? Padahal seharusnya gelar Miss Universe itu patut diberikan kepada mereka yang benar-benar pantas untuk menyandang gelar Universe. Seorang perempuan yang cerdas dan dari segi wawasan memang bener-bener mendunia. Ia seorang perempuan yang kepeduliannya terhadap masyarakat bukan sekadar basa-basi agar memenangkan gelar dalam sebuah kontes. Tapi ia benar-benar melakukan tindakan nyata bergerak di tengah masyarakat untuk sebuah kebangkitan hakiki. Ia mampu berpikir untuk menganalisa permasalahan dengan tajam dengan analisa akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Penggodokan kepribadiannya tak perlu mengambil kursus yang memakan dana banyak demi sebuah behaviour semu. Cukuplah ia digodok dengan matang minimal seminggu sekali untuk diasah pola pikir dan pola sikapnya agar selaras dan unik. Seorang perempuan yang anggun secara behaviour dan cerdas secara nyata dari segi brain akan muncul dari kursus kepribadian ini. Dari segi Beauty, semua cewek all around the world boleh mengikuti kontesnya. Nggak perlu ada pembatasan tinggi badan minimal, berat badan ideal, bentuk tubuh seksi atau apa pun yang memang tak ada kaitannya dengan gelar selevel Universe.
Lalu tentang Brave, jangan ditanya lagi deh. Gimana nggak kalo setiap aktivitas yang dilakukannya emang dilakoni dengan penuh risiko. Kalo wakil dari Indonesia yang melenggang ke perhelatan Miss Universe butuh brave karena harus siap menghadapi hujatan dan kritikan dari pihak yang tidak setuju, perempuan Universe versi ini lain. Ia harus siap berkorban bukan hanya mental dan perasaan aja, tapi sudah pada tataran raga dan nyawa.
Itu sebabnya, dengan brain yang ia miliki, ia mampu membongkar makar keji para perusak dunia sebenarnya—dalam hal ini Amerika dan sekutunya. Ia berani bergerak di tengah-tengah masyarakat dalam upaya penyadaran akan bahaya besar yang mengancam. Termasuk bahaya besar dalam pelaksanaan kontes kecantikan bertajuk “Miss” apa pun itu. Jadi Miss Universe sesungguhnya Ketika kriteria penilaian Miss Universe palsu harus melewati sesi wawancara, baju renang dan gaun malam, maka Miss Universe asli punya standar beda. Sesi wawancara tetap diadakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman kandidat terhadap suatu masalah, sudut pandang serta solusi yang mampu ditawarkannya untuk membuat dunia ini lebih baik. Sesi baju renang yang jelas-jelas melecehkan kaum perempuan karena setiap detil anggota tubuhnya yang berupa aurat diukur dan dinikmati harus dihilangkan. Yang ada tinggal sesi gaya berbusana seorang perempuan yang telah ditetapkan aturannya oleh Allah Swt., sehingga akan menyelamatkan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Pakaian yang mengangkat derajat perempuan adalah pakaiannya orang modern dan bukan pakaian kuno jaman Flinstone yang cuma one piece or two piece alias bikini. Bukan yang itu. Tapi pakaian modern adalah busana yang dibalut rasa malu karena landasan keimanan. Pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Yang boleh melihat selain kedua bagian itu cuma orang-orang yang berhak melihatnya semisal suami dan para mahram. Keindahan tubuhnya yang merupakan kodrat seorang perempuan begitu dilindunginya, bukan untuk diobral. Pada sesi berpakaian ini dinilai kekonsistenan perempuan dalam memakainya. Apakah sekadar untuk ikut-ikutan mode ataukah karena ketakwaan? Ada Sang Juri, jika boleh dikatakan demikian, yakni Allah Swt. yang akan menilainya dengan oyektif dan adil. Tak akan ada satu pihak pun yang merasa dirugikan.
Sesi berikutnya adalah penilaian dalam partisipasi dan kiprahnya untuk menjadikan lingkungan sekelilingnya menjadi lebih baik. Apakah ia sosok perempuan yang aktif menggerakkan masyarakatnya ataukah ia cuma perempuan yang aktif bersolek dan sok sibuk melakukan aktivitas sosial demi sorotan kamera. Perempuan yang masih memelihara rasa malu sebagai bagian dari peradaban. Perempuan yang tangguh dan tegar tanpa kehilangan sisi keperempuanannya. Tapi uniknya, ia tidak mengeksploitasi sisi keperempuanannya dalam hal fisik alias pamer aurat.
Ia bisa menjadi perempuan sebagai anak yang berbakti pada orangtua, perempuan sebagai istri yang baik bagi suaminya, perempuan sebagai ibu bagi anak-anaknya, dan perempuan sebagai anggota masyarakat untuk menjadi agent of change ke arah yang lebih baik.
Miss Universe yang ini kualitasnya boleh dan sangat bisa dipertanggungjawabkan di hadapan seluruh penduduk bumi. Bahkan aura kepribadiannya mampu mengguncangkan langit. Inner beauty-nya benar-benar nyata, bukan sekadar slogan. Ia benar-benar mewakili perempuan secara universal karena ia tak mewakili daerah mana pun atas nama nation/bangsa.
Ia mampu berdiri tegak meski tanpa sorotan kamera dunia. Karena yang ia butuhkan adalah sorotan kamera untuk diputar ulang di saat hari perhitungan kelak. Jadi, tak ada kepura-puraan dalam dirinya. Tak ada senyum palsu hanya agar mendapat applaus pengunjung. Lenggak-lenggoknya bukan di atas catwalk, tapi di antara becek dan terjalnya jalan menuju majelis ilmu dan berusaha menyebarkan serta mengamalkannya di tengah masyarakat.
Kalo Miss Universe versi ini (boleh dibilang yang asli deh), tak ada lagi persyaratan tinggi dan berat badan jadi ukuran. Semua perempuan di dunia ini punya hak untuk menjadi kontestan. Dan saya yakin 1000% bahwa dengan adanya perempuan unik semacam ini, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik dari hari ini. A better place to live.
Hmm... ini tentu agar tak rancu dengan kontes hedonis ala Miss Universe palsu, kita sebut aja kontes ini dengan pemilihan Akhwat Universe yang jurinya adalah Sang Maha Juri alias pemilik langit dan bumi yang keadilanNya tak diragukan lagi. Hadiahnya sangat menggiurkan lagi, kemuliaan di dunia dan derajat tinggi di akhirat. So, kalo kontes beginian yang diperebutkan, mau dong ikutan. Yuuukkkk....![ria: riafariana@yahoo.com]
(Ngopy tanpa izin dari www.dudung.net)

Wednesday, July 12, 2006

Arti Sebuah Nama

Artikel Bebas
29 Juni 2006 - 11:46
Rahasia Sebuah Nama
Oleh : Eman Sulaiman

Beberapa waktu lalu, saya melihat seorang teman kantor yang sedang hamil membuka-buka internet (nge-browsing). Selama ini jarang sekali saya melihat dia bermain-main dengan internet. “Wah, tumben nih buka-buka internet, cari apaan?,” tanya saya. “Ini Kang, saya sedang cari nama-nama bayi untuk anak saya!,” jawabnya sambil tersenyum. “Udah dapat?,” tanya saya lagi. “Teu acan aya nu cocok, (belum ada yang cocok),” jawabnya. Setelah itu saya memberi tahu si Teteh teman saya tadi beberapa referensi tentang nama-nama anak!Nama. Inilah satu kata yang selalu dimiliki setiap benda. Ia adalah simbol atau identitas di mana manusia dapat mengidentifikasikan objek-objek yang ada di sekitarnya. Dengan nama pula, seseorang dapat membedakan suatu benda dengan benda lainnya, atau antara dirinya dengan hal-hal yang bukan dirinya. Dalam sebuah nama terkandung sekumpulan informasi tentang identitas orang yang memilikinya, entah itu jenis kelamin (gender), suku bangsa, kepribadian, agama, latar belakang keluarga, pandangan hidup, status sosial, budaya, dan lainnya. Walau tidak mencakup semua informasi ini, sebuah nama pasti mengandung minimal sebuah informasi tentang identitas diri. Nama Siti Yanuarti misalnya. Orang yang memiliki nama ini pasti seorang wanita, beragama Islam, orangtuanya mungkin taat beribadah, lahir bulan Januari, dan lainnya. Demikian pula dengan nama Alesandro Lucatelli, Mike Tyson, Jacky Chan, Abdullah bin Idrisi al-Maghribi, dan lainnya. Dalam nama tersebut pasti ada satu dua hal yang menginformasikan jati diri pemiliknya. Karena itu, pertanyaan retoris dari Juliet: “What’s the meaning in a name? Apalah arti sebuah sebuah nama?”—seperti diungkapkan William Shakespeare dalam novelnya Romeo & Juliet—tidak lagi tepat untuk memberi kesan bahwa nama itu tidak atau kurang penting. Kenyataannya, nama tidak saja sebagai identitas diri, lebih jauh lagi, nama bisa membentuk rasa percaya diri bahkan konsep diri seseorang. Ada orang yang tidak pede dalam bergaul, minder, atau menyalahkan orangtua mereka karena masalah nama. Mereka merasa kikuk dengan nama yang mereka sandang, walaupun nama tersebut memiliki makna yang baik, hanya karena “sedikit kampungan”. Saat memperkenalkan diri dalam seminar, saat dipanggil dokter di ruang tunggu, saat berkunjung ke rumah calon mertua, saat dipanggil teman di keramaian, biasanya menjadi momentum yang kurang mengenakkan. Bahkan tak jarang, ketika harus menyebutkan nama, biasanya nama tersebut sering disamarkan atau hanya disebutkan nama belakangnya saja (duh pengalaman!). Biasanya orang seperti ini berasal dari desa atau daerah, yang karena satu dua hal “tersasar” ke kota, entah itu karena kuliah, bekerja, dsb. Ingin rasanya mereka mengganti namanya dengan yang lebih nge-trend dan lebih kosmopolitan. Sayangnya, nama tersebut sudah kadung tertera di ijasah, akta kelahiran, atau sebagai rasa penghormatan kepada orangtua yang telah memberikan nama, sehingga mereka menunda keinginan tersebut.Menurut pandangan Islam, kita tidak layak menjadi minder, rendah diri, atau malu hanya karena sebuah nama. Kita layak malu kalau kelakuan kita menyebalkan orang lain. Meskipun demikian, Islam menekankan agar pemeluknya memiliki nama-nama yang indah. Rasulullah Saw menganjurkan para orangtua untuk memberikan nama yang baik lagi indah untuk anak-anaknya. Bukankah nama adalah sebuah doa juga ungkapan cinta? Di mana seseorang akan tertantang untuk berperilaku sesuai nama yang dimilikinya. Dari sini, saya bisa memahami kebingungan si Teteh tadi dalam mencarikan nama yang cocok untuk calon bayinya. Memang, memberi nama anak gampang-gampang susah. Ada beberapa kriteria dalam kita memberikan nama pada anak. Pertama, nama anak harus memiliki makna yang baik. Baiknya arti sebuah nama bisa disebabkan karena di dalamnya terkandung doa, pujian, dan harapan dari orangtua. Kedua, nama anak harus memiliki nilai bunyi yang manis, ritmis, estetis, merdu, sehingga enak didengar. Ketiga, nama harus mencerminkan aspek kemaskulinan dan kefemininan. Keempat, nama anak hendaknya mencerminkan sesuatu yang monumental. Sebagai cerminan cinta, nama anak bisa merupakan perpaduan antara nama kedua orangtuanya, setting ketika ia dilahirkan, atau peristiwa yang mengesankan.Intinya, nama yang baik adalah nama yang memancarkan nilai-nilai kehidupan. Ia merupakan paduan harmonis makna yang dalam dan nilai sastra yang tinggi. Ia harus mengandung doa dan harapan suci, menggairahkan semangat juang yang melahirkan kecintaan pada kebenaran, memotivasi pemiliknya menjadi insan berakhlak mulia lagi berilmu.Bagi yang sudah terlanjur memiliki nama yang kurang indah dan kurang bermakna, jangan bersedih, indahkan dan maknai namamu dengan akhlak mulia. Bagi yang memang namanya sudah indah, maka makin perindah ia dengan akhlak mulia pula. Setuju? ■

(Lagi-lagi ni cantumin artikel orang tanpa izin. Maaf ya...! Mudah2an ikhlas, bukankah tujuan Akhi nulis artikel ini biar idenya diketahui banyak orang???)

kelemahan Aktivis Da'wah Akhwat

Sebuah kritikan yang semoga bisa membangun:

Kelemahan sebagian aktivis dakwah akhwat saat ini adalah tidak bisa nya mereka bergaul dengan yang akan menjadi sasaran dakwahnya. Yang di maksud di sini sebagai sasaran dakwahnya adalah wanita2 gaul ‘n seksi. Saya jarang sekali melihat seorang aktivis dakwah akhwat, seorang Jilbaber, ataupun seorang akhwat taat yang bergaul dengan seorang cewek seksi ‘n gaul. Padahal seharusnya justru itulah yang harus menjadi target utama dakwah mereka. Tapi para aktivis dakwah akhwat seakan malah menjauhi mereka. Apakah ini bentuk ke egoisan mereka? Ataukah mereka hanya berdakwah untuk dirinya sendiri? Ataukah justru ketidakberdayaan mereka??! Ataukah mereka sok suci penghuni surga?

Susah untuk berdakwah pada cewek seksi ‘n gaul jikalau hanya dengan seruan!! Jikalau hanya dengan tulisan! Jikalau hanya dengan ajakan! Kemungkinan besar dakwah seperti itu tidak akan sampai..! untuk menghadapi sasaran dakwah seperti itu ikhtiar yang mesti kita lakukan adalah dengan bergaul dan bersahabat dekat dengan mereka. Setelah dekat, kita berikan tauladan yang baik untuk mereka itu. Ajak curhat,sharing, dll yang disisipi unsur dakwah yang bisa masuk kedalam hatinya.Bukannya dijauhi & dibenci cewek seksi ‘n gaul itu...!

Aktivis akhwat itu sendiri malah sok suci! Sok sholeh! (walau pun emang shalihah2) ngumpulnya hanya dengan teman2 aktivis lainnya, seakan gak mau gabung dengan cewek seksi ‘n gaul. YANG menjadikan cewek seksi ‘n gaul malah makin benci sama Islam lantaran para aktivisnya aja (akhwat.red) gak mau gabung ma mereka. Padahal apa susahnya aktivis akhwat gabung ma mereka untuk sedikit mensisipi dakwah dan suri tauladan. Apa gengsi??? Kok bisa..

Aktivis akhwat pun malah lebih sibuk mempromosikan tegaknya Khilafah di bumi Indonesia alias tegaknya syariat Islam, seakan-akan mereka bangga menyebarkan pamflet Khilafah, ataupun bangga karena paham akan khilafah, padahal teman2 di sampingnya tidak tahu apa itu khilafah. Dan merekapun enggan menceritakannya pada cewek seksi karena beranggapan mereka gak bakalan ngerti dan gak bakalan setuju soal khilafah..

padahal selama masyarakat tidak mempunyai Qolbu islami dalam diri masing-masing, Syariat Islam pun akan sulit tegak di bumi Indonesia. Seharusnya aktivis bisa memilah, berikan dulu dasar konsep akhlaq atau Manajemen Qolbu, biar cewek seksi mengenal Indahnya Islam, jangan langsung di suguhi syariat2 yg berat..

Pekerjaan Rumah buat aktivis dakwah akhwat.. kasihanilah mereka cewek seksi ‘n gaul. Jangan mau sholehah sendiri! Cari konsep dakwah selain tulisan dan ajakan. kayanya pendekatan melalui teladan hati bisa jadi alternatif.
TERUS BERJUANG AKHWAT FILLAH!!

Beranikah berdiskusi Akhwat?
Jika TIDAK mungkin kah Ukhti bagian dari yang si Gaul kritiki? :-?

Wallahu alam bish shawaab.


(Ni juga di-copy dari kiriman seorang saudara tanpa izin. Maaf ya...)

Di Balik World Cup dan sepak Bola



Buletin Studia
11 Juli 2006 - 09:31
Nasionalisme Sepak Bola
STUDIA Edisi 301/Tahun ke-7 (10 Juli 2006)

Adios Brasil! Inggris Menangis! Argentina Terkapar! Mimpi Ukraina tak berlanjut! Mereka dikalahkan lawan-lawannya pada duel seru di lapangan hijau di babak perempat final dalam ajang sepak bola sejagat bernama World Cup 2006 di Jerman.

Magico Quartet Brasil: Ronaldinho, Kaka, Ronaldo dan Adriano bertekuk lutut di hadapan pasukan “Ayam Jantan” yang dimotori dua gelandang hebat Perancis, yang kebetulan keduanya muslim: Zinedine Yazid Zidane dan Frank Ribery. Bahkan, Ribery yang dijuluki “si mobil balap” dengan sebutan Ferraribery oleh suporter klub Galatasaray Turki tempatnya bermain, mengatakan bahwa, “Islam memberi saya kekuatan di atas lapangan,” ujar pemuda kelahiran 7 April 1983 yang menikahi gadis muslimah al-Jazair ini. Brasil pun pergi meninggalkan Jerman dengan cemoohan dan cacian dari para penggemarnya yang kecewa.

Inggris lebih parah, dua kali ketemu Portugal dua kali gagal. Pertama di Euro 2004 dan kini di World Cup 2006. ‘Kutukan’ adu penalti itu membuat Inggris tak pernah menang lawan Portugal di dua ajang hajatan sepak bola bergengsi itu. Inggris menangis. Sementara pendukung fanatiknya melampiaskan kekecewaan atas kekalahan timnya dengan aksi brutal. Polisi menahan sedikitnya 180 hooligan di Gelsenkirchen, Jerman sesaat setelah tim kesayangannya dijegal Portugal. Mereka juga ngamuk di Kepulauan Jersey, London, yang dihuni lebih dari 5.000 warga keturunan Portugal. Yeee.. kalah kok ngamuk!

Roberto Ayala dan Esteban Cambiasso mungkin akan menjadi ‘kambing hitam’ kekalahan Argentina gara-gara tendangan penaltinya dalam tos-tosan (adu tendangan penalti) digagalkan kiper Jerman, Jens Lehmann. Argentina terkapar digilas pasukan Der Panzer. Jerman pesta, Argentina berduka. Kalo Jose Pekerman, pelatih tim “Tango” Argentina cukup mengerti lagu dangdut di sini, kayaknya langsung deh bilang ke Juergen Klinsmann, pelatih “Tim Panser” Jerman sambil nyanyi lagu: “Pestamu Dukaku”. Eit, tapi Juergen Klinsmann pun mungkin akan balas nyanyiin lagu: Don’t Cry for Me Argentina…

Ukraina sebagai tim underdog alias nggak diunggulkan nggak terlalu dicela para pendukungnya meski dicukur Italia 3-0 lewat gol Gianluca Zambrotta dan dua gol hasil sumbangan Luca Toni. Para ‘mutan’ Chernobyl ini pulang dengan tenang sambil menikmati mimpi yang nyaris jadi kenyataan. Sayang, mimpinya direnggut pasukan elang Azzurri yang ganas. Sementara Italia akan bertarung saling bunuh dengan Jerman.

Sesaat setelah kemenangan itu, media Italia pun langsung sesumbar. “Jerman, kami akan mengalahkan kamu!” tulis Harian Italia, Corriere dello Sport. Ini merupakan balasan atas artikel yang ditulis berita mingguan Der Spiegel, yang menyebut pemain Italia “Parasit” dan “Anak Mami”. Corriere menulis lebih lanjut, “Mereka berkata kami akan mengeluarkan uang untuk menang. Azzurri akan menutup mulut mereka, mengalahkan mereka, di rumah mereka sendiri. Kami akan melakukan apa pun untuk mewujudkannya. Tunggu saja!”

Dan... ternyata di lapangan hijau pasukan Azzurri Italia berhasil menghentikan Der Panzer Jerman secara dramatis di babak semi final Piala Dunia 2006 dengan skor 2-0. Jerman pun berurai air mata. Italia suka-cita.

Membangkitkan nasionalismePrestasi Ueber Alles yang mengkilap di Piala Dunia ini--meski cuma sampe di semi final--telah berhasil membangkitkan kembali semangat patriotisme dan nasionalisme banyak rakyat Jerman yang selama ini nggak pede dengan kejermanannnya. Mereka malu dengan sejarah kelam Nazi pimpinan Adolf Hitler yang rasis.

Tapi kini, setelah Jerman cukup perkasa di ajang sepak bola sejagat itu, mulai merambat rasa percaya diri rakyat Jerman. Bundesflagge alias bendera hitam-merah-emas yang selama ini jarang disentuh, kini marak dikibarkan di pelosok kawasan Bavaria itu.

Seorang kolumnis ternama bernama Franz Josef Wagner, 63 tahun, mengakui hal tersebut. Dia menulis di harian Berliner Zeitung setelah menyaksikan kegairahan masyarakat Jerman mengibarkan bendera Schwarz-Rot-Gold (Hitam-Merah-Emas) untuk mendukung tim nasional mereka di Piala Dunia. Bendera nasional ditemui di segala sudut kota dan desa, di kaca spion mobil, di atas atap rumah, juga di dekat kanal-kanal air yang tersebar di hampir semua daerah.
Para suporter Jerman juga mulai rajin dan bangga menyanyikan kalimat pertama dari lagu kebangsaan Jerman, Das Deutschlandlied: Deutschland, Deutschland ueber alles…! (Jerman, Jerman di atas semua…!) dengan semangat patriotik di setiap pertandingan tim kesayangannya tersebut.

Bahkan Kanselir Jerman, Angela Merkel—yang tumbuh dalam tradisi Jerman Timur—menyebut hal ini sebagai nasionalisme dan patriotisme Jerman yang baru. Tak ada hubungannya dengan Ueber Alles dalam doktrin Hitler, yang hanya mengakui keunggulan ras Arya mereka.

Ketika empat negara yang masuk semifinal semuanya dari benua Eropa, maka ada saja orang yang kemudian menghubungkan bahwa Eropa lebih baik ketimbang tim dari benua Amerika, Asia, dan Afrika. Apalagi Asia, hampir semua wakilnya gugur di babak awal: Iran, Korea Selatan, dan Arab Saudi. Hanya Australia (yang mulai 2005 lalu resmi disetujui FIFA untuk masuk AFC, federasi sepak bola kawasan Asia) yang berhasil menembus babak kedua, sebelumnya akhirnya dihempaskan Italia lewat kemenangan kontroversialnya.

Afrika? Negeri ini hanya menyisakan pasukan “Bintang Hitam” Ghana di babak kedua sebelum akhirnya harus mengakui keperkasaan Brasil. Ghana angkat koper dari Jerman setelah digunduli Brasil 3 gol tanpa balas. Empat negara Afrika sudah KO di babak pertama: Tunisia, Togo, Angola, dan Pantai Gading.

Sobat, dengan kondisi seperti ini, meski diakui bahwa sepak bola tuh sekadar olahraga, bahkan diakui bisa mempersatukan beragam bangsa yang berbeda warna kulit, bahasa, dan budaya—tapi ternyata pada parktiknya tetap saja kerepotan menahan laju nasionalisme yang digerakkan para pendukung tim kesayangan masing-masing. Itu sebabnya, meski FIFA sudah mengantisipasi dengan mengeluarkan semboyan “Let’s Kick Racism Out of Football!”, tapi tak kuat juga menahan gelombang nasionalisme (termasuk kesukuan, ras dan etnis) yang sangat boleh jadi akan membawa-bawa sikap rasis dari para pendukung tim sepak bola negara yang berlaga di ajang tersebut.

Yup, sepak bola yang seharusnya bisa dinikmati sebagai tontonan dan hiburan malah menjadi petaka dan bikin ribet. Awalnya saling ejek, tapi lama-lama malah jadi adu fisik.
Masih inget Tragedi Heysel di Belgia saat berlangsung final Liga Champions yang mempertemukan Juventus (klub asal Italia) dan Liverpool (klub jawara Inggris)? Yes, tragedi berdarah yang menewaskan 39 orang itu—kebanyakan pendudukung Juventus—dikenang sebagai sejarah buruk sepak bola. Sejak saat itu, Liverpool dihukum beberapa tahun untuk tidak bermain di ajang Eropa dan FIFA harus selalu mewaspadai para hooligan—boneknya Inggris—jika kesebelasan sepak bola Inggris atau klub-klub dari Inggris bertanding di negara lain. Bikin rese aja!

Lain hooligan, lain pula para suporter Real Madrid. Suporter klub asal Spanyol ini terkenal rasis. Sambil menemani klub kebanggaannya bermain di stadion Santiago Bernabeu, mereka bernyanyi dengan irama lagu kebangsaan Spanyol, tapi syair diplesetkan: “Fuera, Fuera, maricones, negros, basque, catalan” (pergi, pergi: waria, negro, basque, dan catalan!) Memang, tanpa suporter, sepak bola kering bin garing. Karena merekalah yang akan rela menyemangati pemain tim sepak bola kesayangannya dari tribun penonton, berteriak histeris jika timnya unggul, mengibar-kibarkan bendera negara kesayangannya, sudi berpeluh keringat dan memoles tubuh dengan cat warna bendera negara masing-masing. Mereka juga yang telah membeli tiket jutaan rupiah dan meludeskan duitnya untuk membeli segala macam merchandise tim kesayangan mereka mulai dari kaos, slayer, bendera, ikat kepala dan sejenisnya. Tapi, ribet juga kalo bikin rese.

Sobat, kayaknya nggak usah jauh-jauh, kerusuhan sepak bola di negeri kita juga sering terjadi. Final Liga Indonesia tahun 1998 mungkin masih ingat di benak para bonek atau masyarakat Jakarta. Waktu itu, ribuan bonek—suporternya Persebaya—nekat turun ke jalanan di ibu kota begitu tim Bajul Ijo berhasil menerkam Maung Bandung Persib Bandung. Parahnya, aksi yang mungkin seharusnya “syukuran” itu malah jadi anarkis.

Mereka menjarah toko dan puluhan mobil dibakar. Aparat keamanan pun kerepotan mengawal mereka sampe Stasiun Senen, Jakarta. Tapi, keberingasan para bonek yang cuma modal nekat datang ke Jakarta itu berlanjut di atas kereta yang membawa mereka ke Surabaya. Kawasan pinggir rel yang membentang sepanjang jalur Jakarta-Cirebon dihujani batu!
Singkirkan nasionalisme!Sobat, nasionalisme merupakan ikatan antar manusia yang didasarkan pada ikatan kekeluargaan, klan, dan kesukuan. Nasionalisme ini muncul di tengah-tengah manusia tatkala pemikiran mendasar yang mereka emban adalah kehendak untuk dapat mendominasi. (Ahmed, A. dan Abid, K. The Roots of Nationalism in The Muslim World, hlm. 6.)
So, bagi mereka yang menghayati realitas, ikatan nasionalisme ini sebenarnya bukan membentuk persatuan antar manusia, tetapi justru melahirkan superioritas suatu bangsa atas bangsa lain. Coba deh tengok, dalam sepak bola aja udah ketahuan banget nunjukkin keunggulan bangsa atau etnis tertentu. Dibanding sebagai alat pemersatu, ternyata lebih banyak jadi alat pemecah belah.

Buktinya, para penganut ideologi ultra-kanan di Jerman sangat membenci kulit berwarna di Tim Panser. “Sebuah tim nasional haruslah sebuah tim nasional,” kata juru bicara Partai Nasional, Klaus Beier. “Asamoah mungkin seorang pemain yang bagus dan memegang paspor Jerman. Tapi dia tak akan pernah menjadi orang Jerman,” imbuhnya.

Sekadar tahu aja, di Tim Panser ada Gerald Asamoah dan David Odonkor yang keturunan Ghana dan berkulit gelap. Bahkan ada Lukas Podolski dan Miroslav Klose yang asli Polandia, negeri pembenci Hitler karena diinvasi oleh pemimpin Nazi tersebut. Lagian para pengagung ras di Jerman lupa, kalo salah satu wanita tercantik di negerinya, Heidi Klum, ternyata sang model ini menikah dengan penyanyi Inggris berkulit hitam, Seal. Tapi, itulah nasionalisme. Membingungkan, menyesatkan dan membuat perpecahan.

Eh, kebayang nggak sih kalo seandainya tim sepak bola Iran berhadapan dengan kesebelasan Indonesia di partai final Piala Dunia, akankah terjadi ‘perang’ antar sesama kaum muslimin? Jawabannya, tergantung sejauh mana nasionalisme menancap kuat dalam pikiran dan perasaan kaum muslimin. Kalo perang, berarti kita telah teracuni nasionalisme yang memang merusak itu. Ati-ati deh.

Sobat, Islam ngelarang banget kita bersikap ta’ashub. Bangga dan fanatik ama kelompok. Fanatisme kelompok seperti kesukuan dan nasionalisme terbukti memecah belah manusia, dan mempersempit pergaulan. Selain itu, fanatikme kelompok bikin kita ngerasa jadi beda dengan orang lain. Kita ngerasa jadi orang yang lebih ‘tinggi’ dibandingin mereka yang ada di luar kelompok kita. Wajar aja, agama kita nutup rapat buat fanatik kelompok ini. Sabda Nabi saw.: “Bukan golongan kami yang menyeru pada ashabiyyah, berperang karena ashabiyyah dan mati karena ashabiyyah.” (HR Abu Daud)Oke deh, tendang jauh-jauh nasionalisme dari hidup kita. Karena kita hanya terikat dengan akidah Islam dan Allah Ta’ala hanya akan memuliakan kita karena ketakwaan kita kepadaNya. Hanya Islam yang akan bisa mempersatukan manusia. Allah Swt. pun nggak mengistimewakan dan memuliakan manusia berdasarkan bangsa dan etnisnya. Allah Swt. juga nggak memuliakan manusia dari warna kulitnya. Kick out nationalism! [solihin: sholihin@gmx.net, berbagai sumber]
(Untuk Akh Dudung dan Akh Sholohin, afwan ya... artikelnya aQ pajang di blog ini tanpa izin....! Semoga artikel ini bisa mendatangkan banyak manfaat bagi yang baca... Aamiin.)

Teman adalah Hadiah yang Indah...

Seperti hadiah, ada yang bungkusnya bagus dan ada yang bungkusnya jelek.
Yang bungkusnya bagus punya wajah rupawan, atau kepribadian yang menarik.
Yang bungkusnya jelek punya wajah biasa saja, ataukepribadian yang biasa saja, atau malah menjengkelkan.
Seperti hadiah, ada yang isinya bagus dan ada yang isinya jelek.
Yang isinya bagus punya jiwa yang begitu indahsehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketikakita tahan menghabiskan waktu berjam-jam salingbercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawabersama..
Kita mencintai dia dan dia mencintai kita.
Yang isinya buruk punya jiwa yang terluka.
Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidakmampu lagi mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya.
Sayangnya yang kita tangkap darinya seringkali justru sikappenolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll.
Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka.
Kita tidak tahu bahwa itu semua BUKANlah karenamereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanyamemberikan cinta karena justru ia membutuhkan cintakita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberaniankita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yangmemasung jiwanya.
Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yangterluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa kitamengajak seseorang yang takut air berenang bersama?
Luka di lututnya dan ketakutan terhadap airlah yangmesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karenamereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita.
Merekatidak akan bilang bahwa "lutut" mereka luka ataumereka takut air", mereka akan bilang bahwa mereka tidaksuka berlari atau mereka akan bilang berenang itumembosankan dll.
It's a defense mechanism. Itulah cara mereka mempertahankan diri.
Mereka tidak akan bilang: Mereka akan bilang:Aku tidak bisa menari" "Menari itu tidak menarik."Aku membutuhkan kamu" "Tidak ada yang cocok denganku."Aku kesepian" "Teman-temanku sudah lulus semua"Aku butuh diterima" "Aku ini buruk, siapa yang bakal tahandenganku.."Aku ingin didengarkan" "Kisah hidupku membosankan.."
Mereka semua hadiah buat kita, entah bungkusnyabagus atau jelek, entah isinya bagus atau jelek.
Dan jangan tertipu oleh kemasan.
Hanya ketika kita bertemu jiwa-dengan-jiwa, kita tahu hadiah sesungguhnya yang sudah disiapkanNya buat kita.
Berikanlah makna di dlm kehidupan Anda bukan hanyauntuk diri Anda sendiri saja melainkan juga untukmembahagiakan sesama manusia di dlm lingkungan kehidupan Anda.
Berikanlah waktu Anda dgn digabung oleh rasa kasih!
Seorang sahabat sama seperti satu permata yg tak ternilai harganya.Seorang kawan bisa membuat kita ceria, membuat kita terhibur.
Mereka meminjamkan kupingnya kepada kita pada saat kita membutuhkannya.
Mereka bersedia membuka hati maupun perasaannya untukberbagi suka dan duka dgn kita pada saat kita membutuhkannya.
Maka dari itu janganlah buang waktu yg Anda miliki,janganlah sia2 akan waktu yg sedemikian berharganya.
Bagikanlah sebagian dari waktu yg Anda miliki untuk seorang kawan.
Pasti waktu yg Anda berikan tsb akan berbalik kembali seperti juga satu lingkaran walaupun terkadang kita tidak tahu dari mana dan dari siapa datangnya.
Mulailah kita awali dgn membagikan waktu kitasejenak dgn menforward artikel ini kepada semua kawan atausahabat yg membutuhkannya.
Dengan ucapan I care about you!


(Di-copy dari kiriman seorang saudara tanpa izin, maaf ya...)