Assalaamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh...

Thursday, July 20, 2006

Feminist yang Aneh…


Aneh. Menggelikan. Itulah dua kata yang cukup mewakili pendapat saya tentang pemikiran kaum feminist. Bagaimana tidak? Mereka mengaku membela perempuan, tapi kenyataannya mereka malah menempatkan perempuan pada posisi yang lemah. Mereka mengaku ingin meningkatkan harkat dan martabat perempuan. Tapi kenyataannya mereka justru merendahkan perempuan. Mereka mengaku melindungi perempuan, tapi kenyataannya mereka malah mendorongnya pada bahaya yang terus mengintai.

Mereka menentang habis – habisan kewajiban berjilbab dan menutup aurat bagi perempuan yang telah terbukti melindungi perempuan dari keusilan tangan – tangan jahil lelaki tak beriman tetapi pakaian jahiliah yang membahayakan didukung. Bukankah kalau kita mau jujur terjadinya kasus pelecehan seksual selain karena kebejatan si lelaki juga lebih dikarenakan kaum perempuannya yang membuka peluang untuk dilecehkan dengan berpenampilan ala masyarakat jahiliyah? Marilah kita lihat, berapa besar persentase pemerkosaan dan pelecehan seksual lainnya yang dilakukan pada wanita tanpa jilbab yang auratnya terumbar dengan pemerkosaan dan pelecehan seksual lainnya yang dilakukan pada perempuan berjilbab dan tertutup auratnya. Mana ada lelaki yang mengganggu perempuan yang auratnya tertutup rapat dengan jilbab lengkap dengan kerudungnya?! Lalu masihkah kaum feminist itu meragukan keampuhan jilbab dalam melindungi perempuan?

Kaum feminist itu juga menentang jilbab dengan dalih jilbab hanya membatasi ruang gerak wanita. Katanya perempuan berjilbab tidak bebas bergerak, tidak cekatan, ribet, dan tidak praktis. Bagi orang yang belum berjilbab atau bagi wanita belum sempurna menutup auratnya, mungkin akan membenarkan perkataan itu. Tapi benarkah jilbab membatasi ruang gerak perempuan? Jika yang dimaksud adalah membatasinya dalam beraktivitas “normal” di ruang publik, maka jawabnya adalah TIDAK. Saya berjilbab (kecuali selama KBM saya terpaksa tetap mengenakan kemeja dan rok panjang karena sekolah belum menerima jilbab), dan saya tetap bisa melakukan aktivitas keseharian saya dengan nyaman. Saya tetap bisa aktif di berbagai kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Dan juga lihatlah betapa banyak saudari kita yang berjilbab sempurna tetapi bisa terus aktif dalam berbagai lapangan kehidupan! Tapi kalau yang dimaksud adalah jilbab menghalangi pemakainya dari berkunjung ke tempat – tempat “berbahaya” seperti diskotek, bar, pub malam, panti pijat mesum, dll, maka jawabnya adalah BENAR. Dan itulah salah satu fungsi jilbab! Melndungi pemakainya dari tempat – tempat dan aktivitas yang membahayakan keimanannya kepada sang Pencipta.

Mereka menentang syariat Islam dengan tuduhan Islam menempatkan perempuan pada posisi di bawah laki – laki. Mereka menuduh syariat Islam yang mengharuskan seorang perempuan untuk memperoleh izin dari suami atau walinya ketika keluar rumah sebagai bentuk pengekangan terhadap perempuan atau bahkan sebagai bentuk superioritas laki-laki terhadap perempuan. Padahal sebenarnya justru itulah bentuk perlindungan terhadap perempuan. Ingatlah, perempuan itu fitrahnya lemah sehingga membutuhkan perlindungan laki-laki yang secara fisik umumnya lebih kuat. Lantas bagaimana mungkin suami atau wali dapat melindungi kami (perempuan) jika kami tidak meminta izin kepadanya ketika keluar rumah. Dari mana mereka mengetahui keberadaan kami? Mereka menentang Islam dalam point ini tetapi anehnya mereka malah mendiamkan bahkan mendukung eksploitasi terhadap perempuan. Mereka mendiamkan—bahkan sekali lagi MENDUKUNG—aneka kontes pamer aurat perempuan. Seperti kita ketahui kaum feminist tak pernah memprotes keberadaan kontes kecantikan yang menempatkan perempuan sebagai object yang dinilai bagaikan benda mati—atau mungkin lebih tepatnya dinilai bagaikan binatang!—oleh para juri yang umumnya adalah lelaki berpikiran kotor. Para kontestan itu tidak dinilai layaknya seorang manusia. Bagaimana bisa dikatakan bahwa mereka dinilai sebagai seorang manusia jika yang menjadi criteria penilaian hanya berkisar pada kecantikan wajah, kemulusan kulit, lingkar pinggang, lingkar dada, kemilaunya rambut, kegemulaian gerakan, merdunya suara dan berbagai criteria fisik lainnya? Mari kita bandingkan semua criteria tersebut dangan criteria ketika kita menilai seekor merak, kupu-kupu, kucing, atau burung. Bukankah kita juga hanya akan melihat pada kehalusan bulu, keindahan warna sayap, kelincahan geraknya, atau kemerduan suaranya? Jika criteria ini diterapkan untuk menilai binatang, itu wajar karena memang binatang tak punya akal sehingga tak memungkinkan kita menilai kecerdasan atau keluhuran moralnya. Tapi kami (perempuan)? Kami manusia! Kami punya akal, kami juga punya budi! Kenapa bukan kecerdasan dan keluhuran budi kami yang dinilai? Bukankah yang membedakan manusia dan binatang hanyalah akal dan budi? Bukankah secara fisik (biologis), antara manusia dan binatang punya banyak kemiripan?

Lalu para feminist juga tak pernah mempermasalahkan industri yang “memperdagangkan” perempuan. Bukankah kalau kita mau jujur ada begitu banyak industri di dunia (bahkan negeri ini) yang memperdagangkan perempuan? Lokalisasi (baca:tempat perzinaan yang dilegalisasi) adalah contoh paling nyata. Pernahkah terdengar kaum feminist menuntut pembubaran lokalisasi? Juga bukankah para model (catwalk maupun foto model) pada hakikatnya juga merupakan perempuan – perempuan yang dieksploitasi? Kemolekan tubuh mereka secara bebas dinikmati oleh mata – mata jalang lelaki demi mendulang uang. Memang para perempuan tersebut mendapatkan materi dalam jumlah yang lumayan banyak—itu pun sebenarnya tak sebanding dengan apa yang telah hilang dari diri mereka: harga diri, rasa malu dan kehormatan!—tapi, siapakah yang mendapatkan keuntungan materiil yang jauh lebih besar? Ya, para pemilik modal industri – industri tersbut! Mereka “menjual” kami (perempuan) demi kesenangan mereka. Lalu pernahkah kita dengar kaum feminist memprotes semua ini? Sekali lagi: TIDAK! Mereka bahkan mendukungnya! Jadi, manakah sebenarnya yang kaum feminist bela? Perempuan atau justru para peninda perempuan? Siapakah yang sebenarnya merendahkan perempuan? Islam dengan syariatnya yang mendetil atau para kapitalis biadab yang telah mengeksploitasi perempuan dengan iming – iming secuil materi?

Saudaraku, percayalah hanya Islam yang benar – benar melindungi perempuan! Bahkan tak hanya perempuan, Islam pun melindungi lelaki, juga seluruh makhluk. Hnya Islam yang diterapkan sebagai aturan hidup yang menyeluruhlah yang dapat melindungi kita semua. Hanya Islam yang dijadikan sumber hukumlah yang mampu memberikan kemaslahatan bagi seluruh alam karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Islam rahmat bagi seluruh alam (seluruh alam, bukan hanya manusia!). Karena Islam diturunkan oleh Sang Pencipta Alam ini, Yang Maha Mengetahui makhlukNYA. Maka, marilah kita sama – sama perjuangkan Islam agar dapat diterapkan atas seluruh manusia! Mari kita berjuang menegakkan aturan hidup yang akan menenteramkan kita semua!

Tuesday, July 18, 2006
04.55 p.m.

Yang Mendamba Kebangkitan Islam
Neila Zahra

1 Comments:

At 1:11 PM, Blogger Unknown said...

Subhanallah..semua kata2 anti sungguh benar dan tepat sasaran! Na'udzubillahi min dzalik insya Allah kita terhindar dari propaganda kaum kuffar semacam feminists itu, amiin..

Teruslah berjuang saudariku.. :)

 

Post a Comment

<< Home